REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian MPR mengadakan Fokus Group Discussion (FGD) dengan tema 'Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara'. Acara yang dilaksanakan Selasa (29/9) itu bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta dan diikuti oleh 25 dosen dari perguruan tinggi tersebut.
Dalam FGD yang bernarasumberkan Wakil Ketua Badan Pengkajian, Martin Hutabarat melahirkan rekomendasi berbagai hal. Misalnya, Pancasila sebagai dasar negara, kepribadian bangsa, ideologi negara, Pancasila telah terbukti dan teruji dalam mempersatukan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Oleh karena itu Pancasila mutlak dan harus di pertahankan,” ujar Martin.
Dia mengatakan revitalisasi Pancasila harus dilakukan secara terus menerus, tidak dibatasi oleh waktu. Penanaman nilia-nilai harus dilakukan secara integral, tidak hanya dari satu sudut pandang. Salah satu untuk menanamkan Pancasila itu, sebagai garda terdepan, adalah sekolah dan kampus yang memiliki kurikulum.
Diterangkan, Pancasila adalah sebagai ideologi normatif. Oleh karena itu untuk merevitalisasi Pancasila perlu sosialisasi secara terus menerus. Menurut dia, revitalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan secara terstruktur seperti yang dilakukan pada masa Orde Baru, dengan perbaikan tentunya.
Untuk menunjang rekomendasi di atas maka yang perlu dilakukan adalah, pemimpin menjadi garda terdepan memberi keteladanan. Pada jaman dulu, untuk menjadi guru dilakukan sangat ketat, karena guru yang mempunyai kesempatan yang besar menanamkan nilia-nilai. Guru memegang peranan yang penting dalam penanaman nilai-nilai. Guru seharusnya berasal dari orang terpilih dan mempunyai wawasan yang bagus terhadap nilai-nilai Pancasila. Hal ini saat ini sudah dilakukan di mana penerimaan pengawai negeri sipil, terlebih dahulu harus lulus uji tes wawasan kebangsaan.