REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua MPR RI Zulkili Hasan menyebut saat ini anak-anak muda di Indonesia telah melupakan nilai-nilai luhur bangsa. Oleh karena itu, Empat Pilar MPR RI berfungsi sebagai benteng agar anak-anak muda tak terpengaruh budaya asing.
''Banyak anak muda yang tidak paham nilai luhur keindonesiaan. Berdasarkan survei, dari 300 anak muda, yang paham NKRI cuma 3 orang, Bhineka Tunggal Ika cuma dua orang. Sehingga, nilai luhur dianggap tidak begitu penting,'' kata Zulkifli, dalam sosialisasi Empat Pilar di acara Muktamar ke-XII Nasyiatul A'Isyiyahh, di Yogyakarta, Jumat (26/8).
Bahkan, lanjut dia, survei Lemhanas menyatakan genarasi muda saat ini sudah sangat dekat dengan teknologi informasi. Akibatnya, mereka hanya tahu perkembangan dunia, tapi tak peduli budaya bangsa sendiri.
Diprediksi, kalau tidak diisi nilai-nilai luhur, maka anak muda Indonesia akan menganggap nusantara tidak penting. ''Oleh karena itu saya ajak semua pihak membangun karakter anak muda mengenai nilai luhur ke Indonesiaan. Itu akan besar manfaatnya bagi anak muda,'' ujar dia.
Zulkifli mengimbau, Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak perlu dihafal, tapi penting dipahami dan dijadikan perilaku sehari-hari. Karena Pancasila merupakan pandangan hidup.
Kepada peserta Muktamar, ia juga bicara mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dimana Zulkifli menilai, intinya semua orang di Indonesia, tak peduli berasal dari mana, mereka semua memiliki hak yang sama.
Untuk Bhineka Tunggal Ika, ia menegaskan meskipun rakyat Indonesia berbeda-beda latar belakangnya, tetapi memiliki impian, tujuan dan pengalaman yang sama.
''Terakhir UUD 1945, kita sepakat sistem berbangsa bernegara demokrasi pancasila. Intinya yang berkuasa dan berdaulat itu rakyat. Kepala daerah, presiden maupun ketua lembaga tinggi negara hanya wakil rakyat,'' ucap dia.