REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 76 blogger yang berdomisili di Jakarta berkumpul di Gedung MPR. Hal itu guna menindaklanjuti peran blogger dalam memperkenalkan MPR kepada masyarakat luas.
"Pada hari ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya," ujar Sesjen MPR Ma’ruf Cahyono.
Dikatakan dirinya senang bisa bertemu dengan para blogger dalam pertemuan sebelumnya. Dirinya mengakui pertemuan yang diadakan di ruang delegasi tentu berbeda dengan saat di Senayan City. Di ruang-ruang yang ada di gedung parlemen, suasana yang tercipta lebih serius dan kaku. Diterangkan beberapa ruang-ruang yang ada di seperti Ruang GBHN, di mana di ruang itu dulu diambil keputusan, pembahasan, dan kesepakatan tentang haluan negara.
"Di ruang itu dulu digunakan untuk menyusun GBHN," ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Ma’ruf Cahyono mengingat harapan blogger agar dalam pertemuan selanjutnya pembahasan yang dilakukan lebih mendalam dan serius. Keinginan itu disambut baik sebab bloggeringin memahami tentang MPR lebih detail. Keinginantahuan para blogger lebih mendalam akan MPR wajar sebab mereka mempunyai segmen tulisan yang beragam.
Untuk itu Ma’ruf Cahyono mengharap agar tulisan blogger tentang MPR bisa dicarikan formasi agar bagaimana berita yang disampaikan kepada masyarakat tidak membosankan dan bisa secara efisien. Diharapkan agar para blogger bisa memperkenalkan MPR kepada masyarakat tentang lembaga, tugas, wewenang, dan fungsi MPR.
"Jangan sampai warga negara tidak mengenal MPR," ujarnya. Tak boleh ada anggapan tidak apa-apa tidak mengenal MPR. Padahal lembaga negara ini yang bisa mengubah UUD NRI Tahun 1945," ujarnya.
Ditegaskan oleh Ma’ruf Cahyono ke depan semua warga negara harus mengenal MPR. Untuk itu dalam pertemuan tersebut Ma’ruf Cahyono menjelaskan tentang MPR secara lengkap, baik dilihat dari UUD NRI Tahun 1945 maupun UU. NO. 17 Tahun 2014 Tentang MD3. Dari penjelasan yang sudah diberikan, diharapkan para blogger tidak salah menyampaikan apa itu MPR.
"Jangan sampai blogger secara terminologi saja salah saat menyampaikan MPR," tegasnya.
Ma’ruf Cahyono juga mengatakan, kurang popularnya MPR disebabkan oleh banyak faktor. Ia menyebut instrumen yang melakukan publikasi belum maksimal sehingga masyarakat belum mengenal. Meski demikian anggapan MPR kurang popular dibantah oleh Ma’ruf Cahyono.
"Banyak juga masyarakat yang mengenal MPR," paparnya.
Pengenalan MPR, menurut dia, perlu rekayasa sehingga masyarakat mudah mengenal lembaga negara yang pada masa lalu sebagai lembaga tertinggi itu.
Terlalu beratnya metoda pengenalan MPR di kalangan anak-anak, dijawab oleh Ma’ruf Cahyono dengan mengatakan, MPR sekarang sedang mencari metoda bagi mereka. Diakui anak-anak sekolah sering datang ke sini. Diakui juga MPR belum mempunyai perangkat yang pas buat mereka. Ke depan dikatakan MPR sedang merintis media-media yang cocok buat anak-anak, seperti misalnya lewat film animasi atau film pendek.
"Perlu metoda tersendiri buat segmentasi yang masih berproses," tegasnya.