REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Deding Ishak menilai, sejauh ini Majalis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI sudah menempuh jalan yang benar dalam melaksanakan sosialisasi Empat Pilar. Hanya saja, sosialisasi yang dilakukan melalui pidato harus dikoreksi. MPR harus mampu menyodorkan empat pilar, agar terlihat semakin keren dan dapat diterima generasi muda.
''Selain itu, generasi muda juga membutuhkan ketauladanan, agar bisa menerima Pancasila, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,'' kata Deding, saat menjadi pembicara pada Dialog MPR Rumah Kebangsaan, di perpustakaan MPR RI, Jakarta, Selasa (11/10).
Menurutnya, hal ini penting untuk segera dilakukan, agar keberadaan Pancasila tidak semakin jauh atau malah ditinggalkan masyarakat, khususnya oleh generasi muda. Jangan sampai, nilai-nilai yang baik yang ada pada Pancasila malah digantikan ideologi lain dari luar yang belum jelas kegunaannya.
Padahal, Pancasila terbukti mampu mengawal bangsa Indonesia, terlepas dari perpecahan. Era Globalisasi, kata Deding, sangat mengancam eksistensi identitas, ideologi dan budaya bangsa. Apalagi, dalam era globalisasi, peperangan bukan lagi berbentuk perang fisik, tetapi perang idologi, budaya, dan nilai-nilai luhur. Karena itu, kalau tidak segera diwaspadai, bukan tidak mungkin akan ada semakin banyak generasi muda yang meninggalkan Pancasila.
"Pancasila adalah ideologi yang hidup, Pancasila juga menjadi dasar dan ideologi bangsa. Karena itu kita harus menunjukkan kerennnya pancasila sebagai ideologi, dasar negara, dan nilai-nilai luhur bangsa,'' ucap Deding.
Anggota Lembaga Pengkajian MPR RI Wahidin Hasan Ismail, mengingatkan kemungkinan adanya pihak tertentu yang memiliki agenda merusak Indonesia. Mereka inilah yang dengan sengaja memasukkan nilai-nilai radikalisme dikalangan generasi muda.
''Sehingga Indonesia tidak fokus melaksanakan pembangunan, karena harus menyelesaikan persoalan radikalisme, intoleransi dan berbagai kerusuhan,'' ungkapnya.
Apalagi, bangsa Indonesia yang memiliki berbagai keragaman, memang sangat rentan terhadap isu SARA. Keramagan itulah yang bisa membuat Indonesia semakin kuat karena bersatu, atau pecah karena saling bertikai.