REPUBLIKA.CO.ID, Janji 12 miliar dolar bantuan dari negara-negara kaya Arab di Teluk Persia merupakan hal yang penting bagi para pemimpin Mesir yang didukung militer, agar dapat bernafas lega untuk melakukan pembayaran impor pangan dan bahan bakar. Tetapi, manfaat bantuan itu hanya untuk sementara, karena ekonomi Mesir yang rusak tetap tidak diperbaiki.
Kekerasan dan memburuknya keamanan di Mesir akibat kerusuhan politik selama lebih dari dua tahun, mengakibatkan wisatawan dan penanam modal takut datang ke negara tersebut. Subsidi pangan dan bahan bakar juga sama buruknya, menghabiskan hampir sepertiga anggaran Mesir yang sudah tipis seperti dilansir VOA.
Kekerasan babak terbaru, ketika lebih dari 50 pendukung Presiden Islamis Mohammed Morsi tewas dalam bentrokan dengan militer hari Senin, kemungkinan besar akan menimbulkan dampak terhadap ekonomi, dengan menyebarkan keraguan akan kemampuan para pemimpin baru untuk memberi kestabilan.
Tuntutan utama jutaan rakyat yang berdemonstrasi menentang Morsi adalah keadaan hidup yang lebih baik. Hampir tidak ada yang membaik sejak Morsi menjabat sebagai presiden setahun lalu, setelah kemiskinan, korupsi yang meraja-lela dan kroni kapitalisme mendorong jutaan orang bergabung dalam pergolakan yang dipimpin pemuda menentang Presiden Hosni Mubarak tahun 2011.