REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya antusiasme masyarakat terhadap capres bergaya kampungan (ndeso), tidak membuat partai politik terpancing untuk mengemas jagoan mereka dengan gaya serupa. Sejumlah partai politik masih percaya dengan strategi kampanyenya masing-masing. "Kami tidak akan ikut-ikut gaya orang lain," kata Ketua Umum Gerindra, Suhardi ketika dihubungi Republika, Selasa (16/7).
Pada pilpres 2014, Gerindra mengusung Prabowo Subiakto sebagai capres. Surhadi mengaku tak yakin masyarakat menginginkan capres bergaya ndeso. Sebab saat ini masyarakat lebih menginginkan sosok pemimpin yang tegas. "Soal ini masyarakat merujuk ke Pak Prabowo," ujarnya
Ia menilai, tingkat persepsi masyarakat di dalam survei belum tentu benar. Suhardi menyatakan banyak dari hasil survei yang direkayasa untuk menguntungkan salah satu kandidat capres tertentu. Hal itu dilakukan guna meningkatkan citra seorang capres di masyarakat. "Mereka bisa membuat persepsi apa saja," katanya.
Gerindra bertahan dengan model kampanye yang sudah mereka terapkan. Suhardi menjelaskan model kampanye Gerindra adalah mengedepankan kekuatan program partai ke tengah-tengah masyarakat. Dia menyatakan saat ini Gerindra telah merancang enam program aksi yang terdiri dari membangun kedaulatan ekonomi, membangun ekonomi kerakyatan, membangun kedaulatan pangan dan energi, meningkatkan SDM, membangun infrastruktur, dan komitmen memberantas korupsi. "Masalah Indonesia tidak selesai cuma dengan blusukan," ujarnya.
Sebelumnya jajak pendapat yang dilakukan Institute for Transformation Studies (Intrans) kembali menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai capres ideal. Menurut responden Intrans, Jokowi dianggap sebagai capres ndeso yang paling diinginkan.