REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa merombak tata niaga impor pangan nasional karena ada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan sehingga rawan praktik spekulasi serta kartel.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog Natsir Mansyur mentatakan selama ini pangan nasional tidak seimbang karena tingginya permintaan sementara pasokannya kurang.
Kadin berharap Menko Perekonomian bisa merombak tata niaga pangan ke arah yang?tepat, terutama komoditas pangan yang strategis seperti gula konsumsi/rafinasi yang memerlukan dibukanya pabrik-pabrik baru. "Juga komoditas strategis lain seperti kedelai,?jagung, daging sapi, ayam, hingga bawang putih," katanya.
Berdasarkan catatan Kadin, potensi kartel dari enam komoditas strategis seperti daging sapi, daging ayam, gula, kedelai, jagung dan beras nilainya mencapai Rp 11,34 triliun. "Nilai potensi kartel ini belum termasuk dengan komoditas lainnya yang juga berpengaruh pada tata niaga pangan," katanya.
Dia mengatakan dari kebutuhan daging sapi yang mencapai 340 ribu ton, nilai kartelnya diperkirakan mencapai Rp340 miliar. Sementara dari kebutuhan daging ayam sebesar 1,4 juta ton, nilai kartelnya diestimasi mencapai Rp1,4 triliun.
"Gula 4,6 juta ton mencapai Rp4,6 triliun, kedelai 1,6 juta ton mencapai Rp1,6 triliun,?jagung 2,2 juta ton mencapai Rp2,2 triliun dan beras impor 1,2 juta ton, kartelnya diperkirakan mencapai Rp1,2 triliun," katanya.
Menurut dia, gambaran seperti itu diakibatkan karena penataan manajemen pangan nasional yang sangat lemah dari aspek produksi, distribusi dan perdagangannya.