Senin 22 Jul 2013 22:28 WIB

Harga Daging Masih Tinggi, Bulog Tunggu Perintah

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Djibril Muhammad
 Petugas memeriksa daging sapi segar murah yang akan dilepas perdana di Kemendag, Jakarta Pusat, Senin (22/7).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Petugas memeriksa daging sapi segar murah yang akan dilepas perdana di Kemendag, Jakarta Pusat, Senin (22/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Harga daging sapi di wilayah Kabupaten Banyumas, masih tinggi. Dari pemantauan di sejumlah depot pedagang daging dan pasar tradisional, harga daging sapi masih dijual dengan harga sekitar Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kg.

Sementara hingga sejauh ini, Bulog Divre IV Banyumas masih belum mendapat perintah untuk melakukan operasi pasar khusus komoditi daging sapi.

"Sejauh ini yang saya tahu, operasi pasar (OP) daging sapi ini hanya berlangsung di wilayah Jabodetabek. Untuk wilayah Jateng, belum ada kantor Bulog yang menyelenggarakan operasi pasar, karena memang belum ada perintah melakukan hal itu," kata Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, Priyono, Senin (22/7).

Seorang pedagang daging sapi di los daging Pasar Wage Purwokerto, Ny Lasmini (41), menyatakan harga daging sapi memang masih tinggi. Dia mengaku menjual daging dengan harga bervariasi, tergantung banyaknya daging yang dibeli konsumen.

"Kalau belinya hanya seperempat kilogram, maka saya hargai Rp 28 ribu. Kalau beli setengah kg, saya jual  Rp 50 ribu. Tapi kalau beli sekilo, maka saya beri harga Rp 95 ribu," katanya.

Dia mengaku, harga daging sapi ini berada di kisaran harga itu, sejak sebelum Bulan Ramadhan. Bahkan sejak, empat bulan lalu sejak pedagang sapi banyak mengalami kesulitan mendapatkan sapi dewasa yang siap dijual, atau pun sapi bakalan untuk dipelihara.

"Jadi harga dagang sapi ini, sejak bebepa bulan lalu sebenarnya relatif stabil. Hanya stabilnya, di tingkat harga yang tinggi," katanya.

Muhammad Safi'i (50), seorang pedagang sapi di Ajibarang, menyatakan tingginya harga daging sapi sejak beberapa bulan lalu, telah menyebabkan banyak pedagang sapi tidak bergairah. "Makin tinggi harga daging sapi, keuntungan yang diperoleh pedagang sapi semakin tipis," katanya menjelaskan.

Dia menyebutkan tingginya harga daging sap saat ini, disebabkan karena harga sapi hidupnya sudah tinggi. Dia menyebutkan, saat ini harga sapi dewasa saat ini diharga hingga Rp 32 ribu per kg hidup. Padahal, sebelumnya harga sapi paling tinggi hanya dihargai Rp 25 ribu per kg hidup.

"Tingginya harga sapi siap potong ini, karena petani yang saat ini memelihara sapi juga sangat jarang," katanya menjelaskan.

Untuk itu, dia mengaku sangat mengharapkan pemerintah turun tangan mengatasi tingginya harga daging sapi. "Kalau harga daging sapi menjadi tinggi seperti sekarang, yang susah tidak hanya pedagangnya saja. Masyarakat juga menjadi kesulitan, karena harus membatasi konsumsi daging," katanya.

Selain harga daging sapi yang bertahan tinggi, harga berbagai kebutuhan masyarakat lainnya juga bertahan dengan tingkat harga tinggi. Harga daging ayam lehor, sejak menjelang puasa hingga saat ini masih bertahan di tingkat harga Rp 30 ribu per kg.

Padahal, harga normalnya hanya Rp 24 ribu per kg. Demikian juga dengan komoditi bumbu-bumbuan, sepeti bawang putih, bawang merah dan cabai. Harga ketiga komoditas itu, masih di atas harga normal.

Humas Bulog Banyumas, Priyono mengaku, untuk beberapa jenis komoditas pokok masyarakat, pihaknya sebenarnya sudah aktif berupaya melakukan upaya stabilitas harga.

Caranya, bila ada kelompok masyarakat atau lembaga yang hendak melakukan operasi pasar, maka pihaknya akan mendrop beberapa komoditi yang bisa disertakan dalam OP.

"Tapi komoditas yang kita sertakan OP baru tiga jenis.  Yakni, beras baik untuk kelas medium maupun  premium, minyak goreng, dan gula pasir. Melalui  Bulogmart, kita menjual ketiga komoditas itu dengan harga jauh di bawah harga pasar," katanya menjelaskan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement