REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Terdakwa penyerangan Lapas Klas 2B Sleman, Serda Ucok Tigor Simbolon, mengaku menyesal usai mengeksekusi empat tahanan titipan Polda DIY.
"Setelah menembak, saya menyesal. Karena itu tidak saya inginkan. Saya menyesal kenapa harus terjadi seperti itu. Ada rasa ketakutan yang sangat besar, namun bagaimanapun juga saya harus pulang," kata Ucok dalam persidangan di Pengadilan Militer II--11 Yogyakarta, Selasa (23/7).
Setelah keluar dari lapas pun, ia mengaku sempat berhenti dalam perjalanan ke Solo. Ucok mengaku ketakutan dan berusaha menenangkan diri.
Ucok mengatakan hendak memberi pelajaran kepada kelompok Marcel lantaran kedua rekannya yang sesama anggota Kopassus telah dianiaya oleh kelompok Decky dan Marcel. "Rekan saya menderita dengan perlakukan mereka. Dengan jiwa korsa yang mendorong saya, bahwa kami satu penderitaan dan satu rasa dengan mereka," tambah Ucok.
Dalam persidangan ini, Ucok menceritakan kedekatannya dengan Sriyono dan Heru Santoso. Sriyono pernah menyelamatkan dirinya saat berperang melawan GAM di Aceh. Saat itu, kendaraannya menginjak ranjau sementara anggota GAM menembaki para anggota Kopassus.
Sedangkan, Heru Santoso pernah membantu Ucok saat ia menderita malaria di Kondo, Merauke. "Padahal jarak tempuh ke rumah sakit lewat jalur darat mencapai 7 jam. Dan saat itu lagi musim air," katanya.
Penembakan empat tahanan titipan Polda itu pun dikatakannya spontan. Lantaran, saat memasuki ruang sel A5 tempat Dicky cs dipenjara, Ucok mengaku diserang terlebih dahulu.
Sersan Dua Sugeng Sumaryanto dan Kopral Satu Kodik pun mengaku mendengar suara benda jatuh saat Ucok memasuki sel. "Saya mendengar benda jatuh, ada 2 kruk lalu saya buang," kata Sugeng yang juga diamini oleh Kodik.
Karena kaget atas penyerangan kelompok Dicky tersebut, Ucok langsung menembak Decky cs tanpa sempat menanyakan keberadaan Marcel.