REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy mendesak semua pihak menahan diri setelah terjadi bentrokan di Kairo, yang menewaskan sedikitnya 70 orang akhir pekan lalu.
Fahmy mengatakan pemerintahannya akan terus berlanjut namun hal itu membutuhkan penghentian kekerasan. Pada Sabtu pekan lalu, pendukung presiden terguling Muhammad Mursi bentrok dengan pasukan keamanan.
Pemerintah membantah telah menembakkan peluru tajam karena hanya menggunakan gas air mata. Presiden sementara, Adly Mansour memberi mandat kepada perdana menteri untuk menangkap warga sipil menggunakan kekuatan militer. Dalam laporan BBC, hal itu dinilai sebagai pertanda buruk, awal untuk tindakan kekerasan.
Menteri Dalam Negeri, Muhammad Ibrahim berulang kali memperingatkan pembubaran protes, namun pengunjung rasa tetap menantang. Hingga Ahad (28/7), bentrokan masih terjadi dengan dua orang tewas di kota utara Kairo, Kafr el-Zayat dan Port Said. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengutuk kekerasan di Mesir. Iameminta otoritas Mesir untuk menghormati hak perdamaian dan kebebasan berekspresi.