REPUBLIKA.CO.ID,Setiap orang bisa berkomentar tentang apa saja di Twitter. Namun, komentar dan berasal dari orang yang tepat umumnya bisa menjadi perhatian. Penembakan militer terhadap pendukung Muhammad Mursi menyentak dunia.
Sejumlah tokoh dan pemimpin negara saling bersahutan memberi komentar. Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt memilih untuk berkomentar di Twitter dengan akun @carlbildt begitu khawatir dengan kondisi negara sahabat tersebut.
Dikutip dari al-Jazirah, dalam Egypt Live Blogs, Bildt mengatakan, ''Saya ngeri dengan jumlah demonstran yang tewas di Mesir. Aparat Keamanan sepatutnya bertanggung jawab.''
Beberapa saat kemudian, timbul respons dari Duta Besar Mesir untuk negara itu dengan akun @Osama_Elmagdoub. Ia menjawab, ''Memang mengerikan, namun mereka bukan penduduk sipil yang tak bersalah tetap kelompok bersenjata. Tampaknya sulit bagi Swedia untuk memahami.''
Mendapat jawaban tersebut, Bildt menjawab dengan nada bertanya namun nyinyir. ''Oh jadi mereka menembaki diri mereka sendiri. Coba yang lain ...?''
El-Magdboub seakan tak mau kalah langsung menjawab, ''Protes berbeda dengan penembakan dan polisi punya hak untuk melindungi dirinya sendiri,'' tulisnya. Dari komentar Bildt, semua orang yang percaya dengan demokrasi pantasnya marah dengan tindakan militer.
Kicauan dua diplomat berbeda bangsa itu menarik perhatian penghuni dunia maya. Beberapa di antaranya meragukan dua akun itu benar-benar milik dua diplomat itu. Terlebih, Twitter memang banyak diisi oleh para pemilik akun palsu.
Meski begitu, Twitter telah memberi verifikasi bahwa akun @carlbildt adalah benar milik Bildt. Akun yang terverifikasi ini ditandai dengan lambang checklist berwarna putih di tengah lingkaran berwarna biru muda.
Berbeda dengan akun milik Dubes Mesir. Akun @Osama_Elmagdoub sudah tidak dapat lagi diakses pada Senin (29/7). Akun hilang biasanya terjadi karena pemiliknya menghapus akun tersebut. Namun, bukan berarti jejak 'perang tweet' antara dua diplomat ini hilang. Para pengguna internet menyimpan //capture// dari perdebatan tweet keduanya.
Uni Eropa, melalui Kepala Kebijakan Luar Negeri Catherine Ashton mengatakan, sangat menyesali hilangnya begitu banyak nyawa pada protes Jumat dan Sabtu pagi.
Di sisi lain, Indonesia, terutama Presiden Bambang Susilo Yudhoyono melakukan tindakan efektif daripada hanya berkomentar di Twitter. Karena Mesir melakukan revolusi dan menjalankan demokrasi pertama mereka dengan mencontoh Indonesia.
Presiden SBY sepatutnya langsung mengutus Menteri Luar Negeri atau meminta OKI segera menggelar sidang istimewa. Atau, bahkan bisa mengajukan ke Dewan PBB untuk segera menggelar sidang istimewa.