Sabtu 03 Aug 2013 05:14 WIB

Pengangguran di Australia Bertambah 70 Ribu Orang

Red:
Bendaraha Negara Australia Chris Bowen
Bendaraha Negara Australia Chris Bowen

CANBERRA -- Pemerintah Federal Australia mengumumkan revisi anggaran negara (APBN), merefleksikan berkurangnya sumber pendapatan dan kian tingginya defisit anggaran dalam tiga tahun mendatang. Jumlah pengangguran diprediksi bertambah 70 ribu orang.

Menurut keterangan pemerintah, yang disampaikan Bendahara Negara Chris Bowen dan Menteri Keuangan Penny Wong, Jumat (2/7) siang, penurunan drastis dalam GDP berdampak serius pada ekspektasi penerimaan pajak. Diperkirakan Australia akan kehilangan sebesar 33,3 milyar dollar pendapatan pajak dalam empat tahun mendatang.

Di sisi lain, angka pengangguran juga akan bertambah dari 5,75 persen prediksi bulan Mei menjadi 6,25 persen. Artinya, akan ada tambahan jumlah pengangguran sebanyak 70 ribu orang.

Revisi ini menunjukkan difisit APBN 2013/14 sebesar 30 milyar dollar dan defisit APBN 2014/15 sebesar 24 milyar dollar.

RAPBN dengan anggaran berimbang untuk tahun 2015/16 juga direvisi menjadi defisit sebesar 4,7 milyar dollar.

Menurut pemerintah, postur APBN ini menunjukkan "konsolidasi jangka menengah dan jalan menuju surplus" mengingat "kuatnya fundamental ekonomi Australia".

Pemerintah telah mengumumkan kenaikan cukai rokok yang akan berlaku mulai 1 Desember mendatang sebesar 12,5 persen setiap tahun selama empat tahun, dan akan menyumbang anggaran sebesar 5,3 milyar dollar.

Tabungan deposito di bank juga akan dikenakan pajak tambahan sebesar 0,05 persen untuk deposito hingga 250 ribu dollar, yang akan mulai dipungut 1 Januari 2016 dan diharapkan menyumbang anggaran sebesar 733 juta dollar dalam 1,5 tahun pertama.

Kebijakan baru pencari suaka untuk memproses dan menempatkan mereka di Papua Nugini akan menelan belanja sebesar 1,1 milyar dollar dalam empat tahun.

Belanja untuk bantuan luar negeri juga akan mengalami pemangkasan sebesar 879 juta dollar.

Pemerintah beralasan, terjadinya defisit anggaran ini disebabkan berbagai faktor, termasuk rendahnya pertumbuhan pendapatan dan jatuhnya harga komoditas lebih cepat dari perkiraan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement