Jumat 02 Aug 2013 17:52 WIB

Turki Bawa Persoalan Mesir ke G20

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Pertemuan G20, ilustrasi
Foto: G20
Pertemuan G20, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki terus memainkan peran diplomasinya agar internasional peduli terkait situasi politik di Mesir. Perdana Menteri (PM) Turki Reccep Tayyip Erdogan meminta Jerman dan Prancis duduk semeja bersama dirinya membahas solusi konkrit atas pertikaian di negeri Piramida itu.

Kantor berita Anadolu Agency menuliskan, Erdogan sengaja melakukan sambungan telepon kepada dua rekananannya di Uni Eropa itu. Sambungan ke Paris, Erdogan menghubungi Perdana Menteri Jean-Marc Ayrault. 

Sedang di Berlin Kanselir Jerman Angela Merkel membalas.Dalam pembicaraan saat Kamis (1/8) itu, dikatakan, Erdogan menyatakan masih menganggap Mesir sebagai mitra regional nomor wahid bagi Turki. Kata dia, situasi di Mesir akan membawa dinamika yang tidak mudah, terutama di kawasan. 

Erdogan membujuk dua negara berpengaruh di Benua Biru itu membawa ''kerumitan'' Mesir kedalan forum pertemuan internasional. Bujukan Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP) itu diamini Markel. 

Selama ini Jerman terlihat menjadi negara pasif dalam menyoroti persoalan Mesir. Markel juga tidak berkomentar banyak tentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi oleh militer. Tapi, Merkel berjanji akan membawa persoalan Mesir ke dalam Pertemuan G-20 di Saint Petersburg, September mendatang. 

Dari Jakarta, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menegaskan negaranya menolak tindakan represif militer terhadap aktivis pendukung Mursi di Mesir. Fabius mengatakan pemerintahan Presiden Francois Hollande menyikapi persoalan Mesir sesuai proporsi. 

''Kami (Prancis) mendukung pemulihan nilai-nilai demokrasi di Mesir. Kami bersama Uni Eropa akan membantu untuk membawa situasi yang lebih baik di sana,'' kata dia, saat memberi pidato resmi di Gedung Kesekretariatan ASEAN, Jakarta, Jumat (2/8).

Di Kota Kairo, masyarakat mulai kembali merasakan situasi horor. Situasi itu terasa saban Jumat tiba. Aljazirah melansir, massa pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin menjadikan hari tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap tirani lama dalam kemasan yang baru.

Kelompok ini terkonsentrasi di beberapa titik rawan kericuhan dan karusuhan seperti pekan lalu. Antara lain berada di Masjid Rabba Adawiya atau pun di Kota Nashr. ''Ada 33 pawai terpisah massa Ikhwanul Muslimin serentak turun ke jalan setelah shalat malam,'' tulis Al Jazeera.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement