REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencarian dan evakuasi korban letusan Gunung Rokatenda di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terus dilakukan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus mengatakan korban meninggal akibat tersapu awan panas tidak bertambah yakni tetap 5 orang sedangkan korban yang mengungsi mencapai kurang lebih 3000 jiwa.
“Total pengungsi di Sikka sekitar 1600 jiwa dan di Ende sekitar 1400 jiwa,” kata Tini dihubungi Republika, Ahad (11/8).
Sementara itu, lanjut Tini, dari 5 orang meninggal 2 orang belum ditemukan. Tiga orang yang sudah ditemukan yaitu Aloysius Lala (65 tahun), Wea Lala (58 tahun), Petrus Ware (69 tahun). Sedangkan dua korban yang masih dalam pencarian yaitu Lengga (5 tahun) dan Pio (7 tahun).
Korban meninggal tersapu awan panas ketika tidur di pantai Punge, Desa Rokirole. Menurut Tini, saat ini status Gunung Rokatenda masih level III atau siaga. Ia pun tidak mengetahui sampai kapan warga akan mengungsi.
Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Sikka kembali meletus pada Sabtu (10/8) pukul 04.27 Wita. Tinggi abu letusan fluktuatif antara 1500 - 2000 meter dari Puncak Gunung Rokatenda.
Letusan dengan suara keras yang disertai dengan semburan kerikil dan abu vulkanik serta gempa vulkanik. Masyarakat sekitar panik dan dilaporkan letusannya lebih besar daripada letusan sebelumnya.
Awan panas mengalir dari Woje Wubi sampai pantai Cua. Terparah di Ko'a Desa Rokirole dan Nitunglea. Akibat letusan Gunung Rokatenda sejak Oktober 2012 sebanyak 782 KK (2.754 jiwa) mengungsi keluar dari Pulau Palue ke Kabupaten Ende (407 KK) dan Sikka (375 KK).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mengatakan BNPB telah memberikan bantuan dana siap pakai Rp 14,7 miliar kepada Pemda Ende dan Pemda Sikka untuk relokasi dan hunian tetap pengungsi.