Selasa 13 Aug 2013 19:27 WIB

JK Ingatkan BI Tak Naikkan Suku Bunga

Rep: Friska Yolandha/ Red: Heri Ruslan
Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla mengatakan Bank Indonesia (BI) seharusnya tidak menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya naiknya suku bunga akan memicu inflasi lebih tinggi.

"Itu keliru. Suku bunga jangan ikuti inflasi. Kalau ikuti, bisa tinggi inflasinya," kata JK, Selasa (13/8).

Tingginya inflasi digadang-gadangkan sebagai penyebab melesetnya perkirakaan pertumbuhan ekonomi Indonesia. JK menilai faktor eksternal juga memberikan pengaruh pada kondisi ini.

Turunnya ekonomi makro membuat ekspor turun, kata JK. Sehingga pajak menurun dan pembangunan melambat. Faktor eksternal berkontribusi lebih banyak karena Indonesia masih mengutamakan ekspor bahan baku.

Pemerintah seharusnya membenahi empat hal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Salah satunya adalah dengan menurunkan suku bunga acuan. Selain itu pemerintah juga harus memperbaiki infrastruktur, energi dan birokrasi menjadi lebih baik. Keempat hal ini akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

Terkait dibukannya keran impor untuk mencegah inflasi, JK menilai hal tersebut akan membuat nilai tukar rupiah lebih lemah. Namun ia menilai nilai tersebut masih berterima di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini.

"Rp 10 ribu atau Rp 11 ribu pada dewasa ini tidak apa-apa. Kalau tidak impor masuk terus," ujar Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut.

Ia optimistis Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran enam persen di akhir 2013. Namun demikian pemerintah perlu melakukan sejumlah pembenahan, termasuk menurunkan suku bunga.

Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengharapkan BI jangan lagi menaikkan suku bunga acuan. Untuk mengendalikan inflasi, BI bisa memainkan persuasi yang ada saat ini.

"Instrumen selain bunga kan ada," kata Parwati.

Namun demikian BI diminta untuk mencermati dulu apakah inflasi ini permanen atau tidak. Parwati menilai kondisi dengan inflasi bulanan tertinggi sejak 2008 ini adalah temporal. Sehingga lebih baik BI mencermati pasar terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan kebijakan seperti kembali menaikkan suku bunga.

Sementara ekonom Bank Mandiri Destry Damayati mengatakan pemerintah bisa melakukan sejumlah upaya untuk menciptakan satu kali deflasi di akhir tahun untuk mencapai tingkat inflasi tahunan kurang dari 8,2 persen.

Selain menciptakan deflasi, pemerintah bisa membuka keran impor pangan agar menambah stok pangan. Adanya pasokan diharapkan menurunkan harga dan memperkecil inflasi. Pasalnya pangan berkontribusi 42,37 persen terhadap inflasi 2012. "Empat kota besar saja sudah menyumbang lebih dari 35 persen, yaitu Jakarta, Bandung, Bekasi, dan Surabaya.

Destry mengakui membuka keran impor bukanlah solusi jangka panjang. Selain itu hal ini akan mendorong semakin besarnya defisit neraca perdagangan. Pemerintah harus mulai memikirkan ketahanan pangan dan industri agar masyarakat tidak terus-menerus bergantung pada impor.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement