Rabu 14 Aug 2013 18:31 WIB

Lima Kejanggalan Pembunuhan Sisca Versi IPW

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Djibril Muhammad
Kronologi: Ade (kiri) dan Wawan (kanan), tersangka pelaku pembunuhan Fransisca Yofie menjelaskan kronologi kejadian di Mapolrestabes Bandung, Selasa (13/8). Fotografer : Edi Yusuf
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kronologi: Ade (kiri) dan Wawan (kanan), tersangka pelaku pembunuhan Fransisca Yofie menjelaskan kronologi kejadian di Mapolrestabes Bandung, Selasa (13/8). Fotografer : Edi Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Police Watch (IPW) meminta pihak kepolisian agar tidak gegabah dalam menyimpulkan motif pembunuhan Branch Manager PT Venera Multi Finance, Fransisca Yofie, beberapa waktu lalu, di Bandung, Jawa Barat.

Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, pihaknya menemukan kejanggalan sekalipun polisi menyimpulkan bahwa kematian korban akibat kejahatan dengan kekerasan (penjambretan) yang dilakukan dua pelaku W dan A. "Kita lihat ada kejanggalan," kata dia, Rabu (14/8).

Pertama, rambut korban yang diberitakan masuk ke gir motor sehingga terseret, sangat tidak masuk akal. Menurut Neta, konstruksi sepeda motor tidak memungkinkan membuat kejadian seperti itu. Lalu apakah ada bekas rambut korban melilit di gir tersebut hingga korban bisa terseret begitu jauh.

Kedua, pembacokan korban saat terseret motor juga janggal. Di wajah korban terlihat ada dua luka bacok. Tepatnya di bagian kanan dan kiri. Lukanya menganga dari atas dan mengecil ke bawah. Ini menunjukkan korban dibacok lebih dulu

sebelum diseret.

Ketiga, dari CCTV terlihat korban hanya terkulai diam saat diseret. Fakta ini menunjukkan setelah dibacok, korban dalam keadaan sekarat langsung diseret.

Keempat, data, foto-foto, dan perteman di dua Facebook korban mendadak hilang. Sepertinya ada pihak tertentu yang sengaja menghilangkannya. "Bisa jadi, orang itu adalah orang dekat atau mantan orang dekat korban," kata dia.

Kelima, jika dilihat dari Facebook, terlihat korban sedang bertikai dengan seseorang. Fakta ini mengindikasikan korban sesungguhnya adalah target yang sudah diincer sejak lama.

Apalagi diketahui selama ini, korban sering berpindah-pindah tempat tinggal (seperti menghindari seseorang). "Jadi sangkaan penjambretan menjadi kamuflase," kata dia.

Neta mengatakan, polisi harus bekerja keras mengungkap semua ini, termasuk mengungkap apakah kedua tersangka yang sudah ditahan itu merupakan pembunuh bayaran atau 'pengaku pelaku bayaran.'

Neta melanjutkan, mantan teman dekat korban Kompol Albertus Eko Budiarto juga perlu dimintai bantuannya agar polisi mendapatkan petunjuk untuk mengungkap kasus ini dengan terang benderang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement