REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Organisasi pendukung presiden Mesir terguling Muhammad Mursi, Ikhwanul Muslimin, melansir korban jiwa yang jauh lebih besar ketimbang data dari pemerintah bentukan militer.
Stasiun televisi Aljazeera melaporkan, IM mengaku terdapat 2.300 korban jiwa akibat pengusiran berdarah pada Rabu (14/8) kemarin.
Jumlah berbeda diungkap oleh Kementerian Kesehatan bentukan militer. Data terakhir berasal dari pemerintah yang dikutip dari Emirates247 mengungkapkan, terdapat lebih dari 250 orang tewas. Jumlah ini bertambah setelah Kementerian Dalam Negeri sebelumnya mengungkapkan, ada 149 korban tewas, terdapat 43 diantaranya adalah polisi Mesir.
Tentang jumlah korban memang masih terdapat perbedaan. Akan tetapi, kebanyakan media internasional melansir, korban umumnya tewas akibat peluru. Washingtonpost melaporkan, korban tewas termasuk tiga jurnalis. Dua diantaranya sedang bertugas.
Aksi penyerbuan berdarah pasukan keamanan Mesir terhadap demonstran pendukung presiden Muhammad Mursi pada Rabu memantik kecaman tegas dari komunitas internasional.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Inggris, Iran, Qatar dan Turki secara tegas mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah guna membubarkan demonstran di dua kamp protes di Kairo.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mendesak kedua pihak untuk menahan diri menyampaikan peneyasalan yang mendalam atas langkah kekerasan yang ditempuh pemerintah Mesir untuk menghadapi demonstrasi yang tengah berlangsung di negara itu, tulis pernyataan yang dirilis oleh juru bicaranya.