Kamis 15 Aug 2013 10:44 WIB

'Militer Mesir Hancurkan Demokrasi yang Tumbuh'

Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).
Foto: AP
Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Amidhan mengaku prihatin dengan konflik yang terjadi di Mesir. Ia juga meminta umat Muslim di Tanah Air tidak terlibat secara fisik dalam kemelut itu.

"MUI prihatin dengan konflik yang ada di Mesir. Militer telah menghancurkan demokrasi yang tumbuh," ujar Amidhan di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan konflik yang terjadi di Mesir tidak terlepas dari intervensi pihak asing. "Solusinya militer harus mengeluarkan Muhammad Mursi dari tahanan," tambah dia. Kemudian, solusi selanjutnya adalah dilakukannya pemilu yang jujur dan adil.

Amidhan juga meminta agar Umat Muslim di Tanah Air tidak terlibat secara fisik dalam konflik tersebut. "Yang cukup mengherankan LSM yang berteriak mengenai HAM sama sekali tidak bersuara," tambah dia.

Dia juga mengharapkan dalam waktu dekat MUI mengeluarkan pernyataan yang intinya mendesak dunia internasional agar meminta militer Mesir menghentikan kekerasan.

"Pemerintah jangan hanya diam, tetapi juga harus berperan aktif mengatasi konflik itu," imbuh dia.

Konflik pecah di Mesir pasca kudeta Presiden Muhammad Mursi oleh Panglima Jenderal Abdel Fattah al-Sisi. Departemen Kesehatan Mesir mengatakan 95 orang telah tewas di Kairo dan di tempat lain akibat bentrokan dengan pendukung Mursi mulai sejak beberapa waktu lalu.

Kelompok pendukung Mursi telah mengatakan jumlah korban jauh lebih tinggi daripada jumlah yang diumumkan pemerintah.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement