REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam (CA) dan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkoko, Manado, Sulawesi Utara serentak menolak pembukaan akses jalan aspal di dalam kawasan konservasi tersebut. Pembukaan jalan dimaksudkan untuk memudahkan pengunjung memasuki kawasan TWA.
Masyarakat lokal sekaligus Asisten Peneliti dari Macaca Nigra Project, Meldy Tamengge mengatakan, sampai Jumat (23/8) satu unit alat berat bulldozer dan sembilan truk pengangkut tanah masih terus beroperasi di lokasi sejak Selasa (20/8). Jalan masuk ke kawasan diperlebar sekitar empat meter dengan total panjang dua kilometer.
Selain memperlebar jalan masuk yang telah ada, alat berat tersebut juga membuka jalan baru ke arah pantai yang menjadi salah satu lokasi tujuan wisata.
"Masyarakat Desa Batu Putih, Kecamatan Ronowulu, Kabupaten Bitung, pemandu wisata (guide), hingga turis yang mengunjungi kawasan konservasi ini menolak rencana tersebut karena pembangunan permanen ini dikawatirkan akan mempermudah akses illegal logger dan menghilangkan habitat satwa endemik didalamnya," kata Meldy kepada Republika, Jumat (23/8).
Kawasan CA dan TWA Tangkoko merupakan habitat berbagai satwa endemik, seperti yaki (Macaca nigra), tarsius, dan Rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix).
Pembangunan akses masuk ke kawasan tanpa memperhatikan kebutuhan habitat satwa liar di dalamnya akan merugikan keanekaragaman hayati Tangkoko.