REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai terasa setelah pemerintah menaikkan harga premium dan solar Juni lalu.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, terjadi penurunan tingkat konsumsi BBM bersubsidi. Jika selama ini rata-rata konsumsi meningkat enam sampai delapan persen, Juli lalu hanya naik empat persen.
Dengan penurunan laju konsumsi pada Juli itu, kata Hatta, maka defisit pada sektor migas akan mengecil. Mengecilnya beda harga BBM subsidi dan nonsubsidi juga meminimalkan penyalahgunaan dan penyelundupan. ''Lebih besar risiko,'' kata dia di Jakarta, Jumat (23/8) malam.
Selain itu, ujar dia, penggunaan biofuel sedikitnya 10 persen sebagai keharusan untuk industri, pembangkit listrik, dan transportasi, turut memperkecil konsumsi BBM. Pemerintah sudah mematangkan rencana untuk penggunaan bahan bakar biofuel yang berasal dari minyak sawit.
Dia menjelaskan, penggunaan solar subsidi dan non-subsidi sebanyak 35 juta kiloliter (kl). Dari 35 juta kl, 10 persen beralih ke biofuel sudah menghemat 3,5 juta kl. Konsumsi tadi dikalikan dengan harga saat ini Rp 9.000 per liter hasilnya Rp 27 triliun atau 2,7 miliar dolar AS. Alhasil bisa mengurangi devisa sebanyak 2 miliar dolar AS.
Dia optimistis pada kuartal ketiga dan keempat defisit transaksi berjalan bisa menyusut dari 4,4 persen menjadi dibawah 3 persen dari PDB.