REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Universitas Negeri Jakarta (UNJ) semakin tercoreng dengan aksi kekerasan. Di kampus keguruan ini, seorang mahasiswa yang menjadi anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Didaktika UNJ, Chairul Anwar menjadi korban kekerasan akibat tulisannya dalam Warta MPA (Masa Pengenalan Akademik) yang memberitakan terkait masa orientasi mahasiswa baru.
"Chairul dipukuli dua orang mahasiswa dari FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan). Kita sudah melakukan visum dan melaporkan kasus pemukulan ini ke polisi," kata Pemimpin Umum LPM Didaktika UNJ, Satriono Priyo Utomo yang dihubungi Republika, Ahad (25/8).
Kejadian ini diawali dengan penulisan berita mengenai perkelahian yang terjadi antara sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan Fakultas Ekonomi (FE) UNJ saat masa orientasi berlangsung. Rupanya berita yang ditulis Chairul ini membuat lima orang mahasiswa FIK geram dan mendatangi kantor sekretariat LPM DIdaktika di Gedung G Lantai 3 pada Jumat (23/8) siang.
Lima orang mahasiswa ini meminta penjelasan dari berita yang mereka anggap sangat subjektif. Bahkan lima orang ini memaksa agar Satrio menyerahkan hasil-hasil wawancara dan dokumentasi proyeksi rapat hingga meminta Chairul untuk datang saat itu juga.
Satrio menolak untuk menyerahkan data-data LPM Didaktika kepada lima orang mahasiswa FIK ini. Ia menawarkan agar mahasiswa FIK memberikan hak jawab yang akan diterbitkan dalam media Didaktika selanjutnya. Namun salah satu dari mahasiswa FIK ini malah mengajak Satrio untuk berkelahi di depan Gedung G.
Tak lama, Chairul datang ke sekretariat Didaktika. Tiba-tiba dua dari lima orang mahasiswa FIK ini langsung melemparkan jaket, menyerang lalu memukulinya. Mengetahui ada keributan, mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lainnya langsung berupaya memisahkan pemukulan ini.
Akhirnya lima orang mahasiswa FIK ini meninggalkan sekretariat Didaktika beserta ancaman agar Didaktika menyatakan permintaan maaf dalam waktu 1x24 jam. Jika tidak melakukan permintaan maaf, lima mahasiswa FIK ini mengancam akan membakar sekretariat Didaktika.
Satrio dan beberapa anggota Didaktika datang ke ruang kerja Pembantu Rektor III UNJ yang memang membidangi kemahasiswaan untuk melaporkan kejadian pemukulan ini. Rupanya lima mahasiswa FIK itu juga telah berada di sana.
Setelah ditunggu, Fakhrudin tidak juga datang ke ruang kerjanya. Staf PR III berupaya untuk melakukan negosiasi, namun tidak ada penyelesaian. Bahkan staf PR III terkesan mendiami ulah lima mahasiswa FIK yang melempari Satrio dengan makanan saat menjelaskan masalahnya.
"Kita dilempari makanan saat menjelaskan masalahnya, tapi staf PR III tidak menindaknya, malah didiamkan," jelas Satrio.
Tidak ada tanggapan dari pihak kampus, Satrio membawa Chairul untuk divisum di rumah sakit pada Sabtu (24/8). Kemudian melaporkan kasus kekerasan ini kepada Polsek Pulogadung. Satrio juga membawa alat-alat kerja seperti komputer yang berisi data untuk diamankan di luar sekretariat Didaktika.
Kabarnya sekretariat Didaktika dirusak pada Sabtu (24/7) malam. Hal ini terlihat dari foto yang tersebar di jejaring sosial Twitter. Dalam foto tersebut, terlihat buku-buku dan majalah Didaktika berhamburan di lantai. Sedangkan di tembok dicoreti cat warna merah bertuliskan 'Didaktika Tidak Beretika'.
Rektor UNJ Bedjo Sujanto saat dikonfirmasi mengaku baru mengetahui kasus ini dari pihak luar. Ia juga baru menegur anggota LPM Didaktika kenapa tidak lapor kepada dirinya selaku Rektor UNJ.
"Saya baru menegur teman-teman Didaktika kenapa tidak lapor ke rektor, saya akan ingatkan pembina Didaktika, kenapa ada masalah seperti ini, saya tidak diberitahu. Besok akan saya panggil Dekan FIK dan pembina Didaktika," kata Bedjo kepada Republika.
Berikut hak jawab dan penjelasan dari Humas UNJ: