REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Partisipasi pemuda dalam politik sangat dibutuhkan sebagai salah satu peran dalam memanfaatkan Bonus Demografi (BD).
Besarnya angka usia pemuda yang dimiliki Indonesia saat ini, bisa menjadi penentu masa depan Indonesia yang lebih baik, dengan melibatkan mereka.
Berdasarkan data sensus penduduk (SP) Indonesia 2010 lalu, dari 237,6 juta penduduk, 64 juta atau 26 persen di antaranya adalah berusia 15-29 tahun. Mereka yang bakal menjadi pemilih pemula di rentang usia 15-19 tahun berjumlah 20,8 juta jiwa.
Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI), Sonny Harry B Harmadi mengatakan, melihat angka tersebut, maka perhatian kepada pemuda yang akan menentukan arah pembangunan Indonesia ke depan, harus ditingkatkan.
''Jumlah pemilih pemula akan sangat besar, karena itu libatkan mereka dalam politik. Bukan harus masuk partai tapi memberikan hak suara untuk menentukan masa depan bangsa,'' ujar Sonny dalam seminar Pembangunan Kependukan dan KB di Ternate yang berakhir, Rabu (28//8) malam.
Sonny mengatakan, ada banyak hal yang bisa dilakukan pemuda Indonesia menghadapi BD. Pemuda menurutnya bisa menjadi sumber pemenuhan suplai tenaga kerja yang bisa diserap pasar.
Dia mengatakan, jangan sampai usia kerja banyak namun tidak terserap di dunia pekerjaan. ''Kalau tidak bekerja, malah lari ke hal-hal negatif, bonus ini tidak ada artinya,'' kata Harry.
Menurutnya, cara pandang generasi muda terhadap persoalan bangsa, akan sangat berpengaruh pada eksistensi negara di masa datang.
Saat Yona Rahmawati, seorang mahasiswa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara bertanya tips yang harus dilakukan pemuda untuk meraih BD tersebut, Harry dengan tegas menjawab, pemuda harus tahu kebutuhan pasar.
''Belajar sebaik mungkin, tunda perkawinan dini, karena sebuah negara maju bukan karena penduduknya banyak tapi karena kualitasnya baik,'' kata Harry.
Selain itu, akses penduduk terhadap tabungan pun, dinilainya perlu. Karena berdasarkan penelitian, menurutnya, terdapat 49 persen penduduk Indonesia tidak punya tabungan.
Penyebabnya, kata dia, karena sistem perbankan kita yang terlalalu banyak biaya-biaya. Menurutnya, jika jumlah tabungan saldonya kecil, lama kelamaan akan habis, karena potongan biaya-biaya administrasi jauh lebih besar dari bunga tabungan.