Kamis 12 Sep 2013 21:14 WIB

Banyak Aplikasi Permainan 'Smartphone' Merugikan

Red:
Smartphone
Smartphone

CANBERRA -- Badan pengawas konsumen belum mengambil tindakan soal aplikasi atau apps permainan yang sering dikatakan gratis, tetapi akhirnya perlu bayar juga untuk meneruskan permainan.

Lebih dari 50 badan perlindungan konsumen di seluruh dunia sepakat untuk menekan produsen aplikasi telepon genggam atau tablet yang dianggap telah menyesatkan.

Salah satunya adalah Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC), yang mengatakan banyak mobile games apps yang mengatakan gratis untuk diunduh, namun saat anak-anak mulai bermain, ujungnya tetap harus bayar untuk dapat meneruskan permainan.

Wakil Ketua ACCC, Delia Rickard mengatakan bahwa badannya dan beberapa kelompok konsumen di dunia telah mendapatkan keluhan dari para orang tua soal masalah ini.

"Yang paling sering kami dengar adalah bagaimana anak-anak menjadi frustasi, karena kalau mereka ingin bermain ke level yang lebih tinggi, mereka harus bayar."

"Para produsen permainan telah mempelajari dan mengerti psikologi anak, dan mereka mengambil keuntungan agar ujung-ujungnya anak-anak terpaksa membayar," ujarnya.

Delia juga menambahkan bahwa apps yang ada harus lebih terbuka dalam menjelaskan kalau permainan tersebut memang harus dibeli.

ACCC telah mengkontak pihak Apple dan Google untuk menyatakan keluhan para orang tua soal permainan di smart phone dan tablets.

Orang Tua Frustasi

Sejumlah orang tua mengatakan bahwa anak-anaknya telah menghabiskan ratusan bahkan ribuan dolar hanya untuk membeli aplikasi permainan.

Simone de Krester, salah satunya, yang memperbolehkan anaknya untuk mengunduh aplikasi permainan gratis. Tetapi akhirnya ia tahu bahwa aplikasi yang ada tidak selalu gratis.

"Anak-anak bertanya kepada saya jika mereka boleh menginstal aplikasi dan katanya gratis. Saya katakan, ya tentu saja boleh,"

"Kadang teman-temannya datang ke rumah untuk bermain bersama, mereka bisa bermain sampai lama, sampai akhirnya saya tahu kalau permainan itu telah menguras kartu kredit saya hingga $500."

"Untuk membujuk anak-anak agar bisa bermain ke tingkat yang lebih tinggi, dalam permainan tersebut dibutuhkan koin atau tiket, atau berbentuk nyawa," jelas Simone.

"Untuk mendapatkan koin, tiket, atau nyawa ini mereka harus menunggu 24 jam. Nah kalau mau mendapatkannya langsung, mereka perlu membeli."

Lain halnya dengan Rob Gorton, yang memiliki dua anak perempuan, dirinya mengaku cukup paham soal teknologi.

Saat anak perempuan berusia empat tahunnya meminta untuk mengunduh permainan, ia meyakinkan kalau permainan tersebut benar-benar gratis.

Tapi ia temukan kalau permainan tersebut hanyalah gratis untuk diunduh, namun harus membeli saat sudah mulai bermain.

"Permainan itu seperti menanam sayuran dan mereka harus menunggu lama sampai panen. Kalau ingin cepat panen, mereka harus membeli sejumlah perlengkapan untuk membantu proses tumbuhnya tanaman," jelas Rob.

Peran pemerintah untuk mengatur aplikasi

Paul Bendat, advokat independen dari badan refromasi judi mengatakan ada dua hal yang perlu menjadi perhatian soal ini.

"Pertama, aplikasi permainan di gadget bisa mengarah pada judi," ujarnya. "Kedua, mereka memangsa para anak-anak dibawah 18 tahun untuk mendapatkan akses dan melakukan transaksi ke iTunes atau Android store."

Paul mengatakan perlu adanya peran pemerintah untuk mengatur masalah ini sama halnya seperti masalah perjudian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement