REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis mengesahkan piagam baru yang dirancang memperkuat Undang-undang (UU) sekularisme Prancis. Aturan inilah yang mencemaskan Muslim.
"Kami sangat paham kemana arah aturan itu," komentar Presiden Dewan Islam Prancis (CFCM), Dalil Boubaker, seperti dilansir The Telegraph, Rabu (11/9).
Menurut Dalil, umat Islam pantas cemas lantaran piagam ini seperti aturan yang disahkan mantan presiden Prancis, Nicholas Sarkozy. Aturan itu yang kemudian memicu ketegangan antara umat Islam dan Prancis. "Stigma, itulah masalahnya," tuturnya,
Dalil mengungkap umat Islam menaruh perhatian bagaimana dampak dari piagam itu terhadap pelajar dan guru Muslim. Saat ini, piagam itu telah disebarkan ke setiap sekolah yang didanai pemerintah.
Disebutkan dalam salah satu isi piagam itu, ada jaminan terhadap kebebasan berekspresi tapi tetap ada netralitas ketat dari para guru. Mereka tidak harus menunjukan keyakinan politik atau agama dalam melaksanakan tugasnya.
Piagam ini juga menegaskan kembali larangan pelajar disetiap sekolah negeri untuk mengenakan simbol agama. Inilah yang dikhawatirkan umat Islam. "Republik Prancis mengakui kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ada pemisahan antara ruang privat dan publik. Jelas ini merupakan sindiran, saya percaya sekitar 90 persen umat Islam merasa menjadi target oleh piagam ini," papar Dalil.
Pendapat senada juga disampaikan Abdalah Zekri, Presiden Observatory Islamofobia. Menurut dia, umat Islam memang menjadi target oleh piagam ini. “Apa yang dibicarakan piagam ini yang komunitas Muslim,” tutup Dalil.