REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Militan Muslim Filipina mengaku telah masuk ke Kota Lamitan, dekat Zamboanga pada hari keempat pertempuran dengan pasukan keamanan pemerintah. Lamitan menjadi kota kedua yang menjadi lokasi pertempuran.
Militan Muslim masih menyandera warga sipil untuk bertahan menghadapi pasukan pemerintah. Wakil Gubernur Lamitan di provinsi Basilan, Roderick Furigay mengatakan militan menyerang pada Kamis (12/9) pagi. Ia mengklaim lima orang hilang dan dua orang terluka dalam pertempuran.
Provinsi Basilan ditempuh dengan boat dari kota Zamboanga, lokasi dimana pasukan Moro National Liberation Front (MNLF) menyandera warga sipil sejak Senin lalu. Mereka menyandera warga ketika pasukan pemerintah menghalangi upaya mereka mengibarkan bendera militan di gedung kota.
Pertempuran terus terjadi di Zamboanga dengan sejumlah orang masih menjadi sandera dan warga sipil terjebak dalam konflik tersebut. Militan marah karena pemerintah dinilai melanggar kesepakatan damai.
Mereka menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia di kota pelabuhan Zamboanga. Pasukan mengepung militan dan sandera di empat desa pada Rabu kemarin.
Dalam laporan Al-Jazeera, Kamis (12/9), belum jelas apakah negosiasi dimulai antara militan dan negara untuk mengakhiri pertempuran. Warga dilaporkan masih terjebak di kota dan makanan mulai menipis. Bulan lalu, MNLF mengeluarkan ancaman baru untuk memisahkan diri dengan mendirikan republik sendiri.