REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah imigran di dunia ini semakin bertambah. Asia menghadapi peningkatan terbesar imigran internasional selama satu dasawarsa terakhir, dan AS tetap jadi tujuan paling populer, kata laporan PBB yang dikeluarkan pada Rabu (11/9).
Data baru dari Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN-DESA) memperlihatkan 232 juta orang, atau 3,2 persen penduduk dunia, hidup di luar negeri di seluruh dunia. Data pada 2000, jumlah imigran mencapai 175 juta dan pada 1990 154 juta.
Perkiraan baru tersebut meliputi pembagian per wilayah dan negara tujuan dan asal, serta jenis kelamin dan usia. Negara maju jadi tempat tujuan terbanyak dari para imigran, yaitu 136 juta orang, sementara negara berkembang menampung 96 juta orang. "Migrasi, jika ditangani secara adil, dapat memberi sumbangan penting bagi pembangunan sosial dan ekonomi, baik di negara asal mereka maupun di negara tujuan," kata Wu Hongbo, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Ekonomi dan Sosial.
Migrasi, kata dia, memperluas kesempatan kerja dan akses dalam mengentaskan kemiskinan. Imigran asal Asia dan Amerika Latin yang tinggal di luar wilayah asal membentuk kelompok diaspora global terbesar. Pada 2013, orang Asia merupakan kelompok terbesar, dengan jumlah 19 juta imigran yang tinggal di Eropa, sebanyak 16 juta orang di Amerika Utara dan tak kurang dari tiga juta di Oseania.
John Wilmoth, Direktur Divisi Kependudukan UN-DESA, seperti dilaporkan Xinhua, Kamis (12/9), menyebutkan, "Kebanyakan imigran internasional berasal dari negara berkembang, tapi dalam beberapa tahun belakangan mereka telah mulai menetap dalam jumlah yang hampir sama di negara maju dan berkembang."
Statistik tersebut memperlihatkan Eropa dan Asia menampung hampir dua-pertiga dari semua imigran internasional di seluruh dunia. Di Eropa, Jerman, dan Prancis menampung masyarakat pendatang terbesar karena perpindahan kerja dan jalur geografis dengan Afrika Utara.
Dibandingkan dengan wilayah tujuan lain, Asia menghadapi peningkatan terbesar imigran internasional sejak 2000, dengan tambahan sebanyak 20 juta pendatang dalam 13 tahun. Hal itu dipicu oleh peningkatan tuntutan bagi tenaga kerja asing di negara penghasil minyak di negara Asia Barat dan di Asia Selatan-Timur dengan ekonomi yang berkembang cepat, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.