REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perusahaan Daerah (PD) Kebun Binatang Surabaya (KBS) dinilai menutupi kematian orangutan, Nanik. Sebab, informasi meninggalnya satwa tersebut baru diketahui Senin (24/9) lalu, tiga hari setelah dinyatakan tak bernyawa.
Pemerhati satwa Surabaya, Singky Soewadji mengatakan, saat KBS diambil alih oleh Pemerintah Kota Surabaya, informasinya cenderung tertutup. Berbeda dengan pengelola lama yang dinilai berani mengekspose kondisi dan perkembangan KBS.
"PD KBS sekarang ini, anteng-anteng aja, tapi nyatanya ada juga satwa yang mati. Dan baru diketahui publik beberapa hari kemudian," kata Singky pada wartawan saat dikonfirmasi, Selasa (25/9).
Padahal menurutnya, Nanik yang berusia sekitar 10 tahun tersebut, merupakan jenis hewan langka Appendiks I. Matinya Nanik menyisakan sembilan koleksi orangutan Kalimantan di KBS. Dari jumlah tersebut, enam diantaranya betina, dan tiga jantan.
Dia mengatakan, Nanik merupakan orangutan titipan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim I sesuai BAP nomor 36/IV-K.15/PPA.0.2/2006 tertanggal 12 Oktober. Bukti data tersebut membantah pernyataan Direktur KBS, Ratna Achjuningrum yang mengatakan, Nanik adalah pemberian orang.
"Dia jelas tidak tahu apa-apa mengenai sejarah KBS," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika, Nanik diketahui sakit sejak 2 bulan lalu. Kondisi tubuhnya semakin kurus lantaran kehilangan nafsu makan. Setelah diketahui, ternyata ada gangguan pada hati dan lambungnya.
Pada Kamis (19/9) Nanik masuk klinik Karantina karena sebelumnya hewan tersebut sama sekali tidak mau menelan makanan sama sekali. Akhirnya, Sabtu (21/9), satwa itu mati sekitar pukul 14.35. Dugaan sementara karena mengidap nekrupsi tumor usus, hepatitis, pneumonia, dan ascites.
"Saya baru mengabarkan ke media Senin (24/9) kemarin karena informasinya juga terlambat," kata Humas KBS, Agus Supangkat.