Selasa 01 Oct 2013 09:39 WIB

Mendikbud: Rektor Jangan Terjebak Politik Praktis

Rep: Esthi Maharani/ Red: Karta Raharja Ucu
Mendikbud  Mohammad Nuh
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Mendikbud Mohammad Nuh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh mengingatkan para rektor tidak terjebak pada politik praktis.

Himbauan itu menyusul rencana Forum Rektor Indonesia (FRI) mengadakan konvensi calon presiden di akhir tahun ini yang didasarkan aspirasi rakyat. Menurutnya, akan lebih bagus jika para rektor memberikan pandangan dan pemikirannya untuk kemajuan bangsa.

Pandangan dan pemikiran itu nantinya diberikan kepada siapa saja yang akan maju sebagai capres dari partai politik manapun. "Jadi, bukan capres versi forum rektor. Kalau menurut saya lebih bagus forum rektor membuat kajian dan pemikiran tentang masalah Indonesia yang sedang dihadapi lalu dihadapi kepada capres. Itu lebih elok sehingga tidak terjebak pada politik praktis,” katanya, Selasa (1/10).

Nuh mengatakan, dengan memberikan pandangan, pemikiran, dan kajian tentang masalah di Indonesia kepada capres mendatang akan lebih substantive dibandingkan harus mengajukan capres sendiri. Apalagi, dalam UU pun sudah sangat jelas disebutkan capres harus diusung partai politik.

"Kalau misalkan sudah diseleksi capres, lalu saya berikan ke parpol. Parpol bisa bilang: lha, saya sudah punya capres kok. Yang punya hak untuk mengajukan capres kan dari parpol," tutur Nuh.

Karenanya, ia lebih menyarankan agar forum rektor lebih mengutamakan substansi atau pekerjaan rumah yang harus diselesaikan presiden mendatang. "Lebih bagus, siapa pun capresnya partainya apapun; ini persoalan yang sedang dihadapi Indonesia, sebaiknya ke depan seperti apa. Itu lebih elegan dan menjaga untuk tidak terjebak di politik praktis," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement