REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan pemerintah tetap harus memperhatikan kebijakan penutupan (shutting down) Pemerintahan Amerika Serikat untuk sementara waktu, dalam rangka mengantisipasi dampaknya bagi perekonomian di Tanah Air.
"Pengaruhnya, daya beli komoditas disana juga akan melambat dan ekspor kita akan melambat, itu kenapa kita harus perhatikan ekonomi disana," ujar Sigit saat ditemui di sela-sela Seminar LPS di Jakarta, Rabu (2/10). Namun, menurut Sigit, pemerintah harus lebih fokus untuk memperbaiki kondisi ekonomi dalam negeri khususnya terkait perbaikan defisit neraca transaksi berjalan, sembari tetap mencermati kondisi eksternal.
Salah satu permasalahan utama di Indonesia yakni tingginya subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan tingginya impor bahan modal. "Ekonomi kita sebagai besar berasal dari domestik, tingginya impor bahan baku, tingginya konsumsi BBM subdisi, sehingga impor migas jadi lebih besar," tutur Sigit.
Ditutupnya Pemerintahan Amerika Serikat untuk sementara waktu memang dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global jika terus berlarut-larut. Ekonomi AS sendiri saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global di tengah memburuknya kondisi keuangan negara-negara Eropa dan negara-negara berkembang.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang harus mengantisipasi dampak negatif dari kebijakan tersebut yang juga dapat berdampak melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan tentunya pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri.