REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Polisi Tunisia membunuh dua anggota oposisi dan menangkap beberapa anggota kelompok Ansar al-Sharia setelah dua aparat kepolisian tewas dalam bentrokan di dekat perbatasan Aljazair, kata satu sumber keamanan senior, Jumat (18/10).
Sumber yang tidak bersedia disebutkan identitasnya itu mengatakan, bentrokan tersebut terjadi Kamis di kota wilayah timurlaut, Goubellat.
Ansar al-Sharia adalah kelompok berhaluan paling keras yang muncul di Tunisia sejak pemberontakan 2011 menggulingkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali dan mengilhami pemberontakan Arab di sejumlah negara lain.
Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jedou mengatakan di televisi pemerintah, orang-orang bersenjata yang tewas
atau ditangkap terkait dengan Ansar al-Sharia, kata pihak berwenang. Menurut laporan AFP yang dikutip Sabtu (19/10), kelompok ini berafiliasi dengan sayap Alqaidah Afrika Utara.
Pemerintah Tunisia, yang dipimpin oleh partai moderat Ennahda yang berkoalisi dengan dua partai sekuler kecil, didesak agar menangani ancaman keamanan dari militan, untuk membantu mengamankan peralihan demokratis negara Afrika Utara itu.
Ennahda menanggapi dua bulan lalu dengan mengumumkan Ansar al-Sharia sebagai sebuah organisasi teroris dan menuduh kelompok itu membunuh dua pemimpin oposisi sekuler tahun ini. Insiden terakhir itu menandai semakin memburuknya keamanan di Tunisia, yang sejauh ini telah ternoda oleh serangan-serangan militan yang dua diantaranya menewaskan dua politikus sekuler oposisi yang menyulut krisis politik.
Tunisia menahan ratusan kelompok garis keras dalam setahun terakhir yang dituduh terlibat dalam serangan-serangan. Keadaan yang tidak stabil memburuk ketika militan garis keras meningkatkan serangan-serangan yang menewaskan delapan prajurit pada Juli tahun ini.