Senin 21 Oct 2013 09:41 WIB

Pemenang Nobel: Ekonomi Islam Berikan Keadilan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Krisis keuangan 2007 hingga 2009 di dunia Barat telah menyebabkan minat baru dalam ekonomi Islam. Kontrak dengan prinsip syariah dinilai masuk akal dan menjadikan ekonomi menjadi lebih baik.

"Ekonomi Islam memberikan keadilan sosial dan ekonomi untuk semua, karena itu ekonomi Islam juga  dipraktikkan oleh sebagian kalangan non Muslim," ujar Penerima nobel ekonomi 2011, Thomas J Sargent  seperti dikutip Oman Daily Observer, Senin (21/10).

Dalam makalahnya tentang 'Krisis Eropa: Sumber dan Implikasi Global', Sargent mengatakan di Amerika Serikat sangat leverage dengan utang. "Kami harus memiliki ekuitas lebih, sebuah pembagian keuntungan serta risiko. Ini adalah misteri bagi saya mengapa kita tidak melihat lebih banyak kontrak syariah di AS," ucapnya.

Sargent menyebut dia sangat  terkesan dengan kontrak berbasis ekuitas syariah. Pembayaran bunga utang menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar daripada keuangan.mPenawaran keuangan syariah dengan hal-hal riil seperti produksi riil, layanan nyata dan nilai riil memastikan hubungan erat antara ekonomi riil dan keuangan.

Kegiatan keuangan adalah hamba dan bukan tuan aktivitas ekonomi riil. Pada 2010, studi Internasional Monetary Fund (IMF) mengakui bahwa lembaga keuangan syariah melakukan tugasnnya dengan baik selama krisis keuangan global 2008 hingga 2009. Industri keuangan syariah memiliki inheren kode antikrisis yang menghilangkan gelembung ekonomi. Buktinya adalah peningkatan aset industri keuangan syariah 25 persen dari 2007 sampai 2008. Pertumbuhan itu terjadi ketika sebagian besar dunia sedang berjuang melawan dampak terburuk krisis keuangan.

Berdasarkan studi kasus pada Kanada, Presiden Public Banking Institute, Ellen Brown mengatakan tindakan meniadakan bunga sangat mengurangi utang federal, meningkatkan produktivitas ekonomi,  menghilangkan pengangguran dan mampu memproduksi langkah-langkah penghematan.

"Rata-rata kita membayar sekitar 40 persen bunga untuk barang dan jasa yang kita gunakan. Ekonomi kontemporer mewajibkan orang membayar bunga bahkan jika mereka tidak pernah meminjam uang dari bank," kata Profesor Ekonomi ternama, Margrit Kennedy.

Dia berujar jika memasukkan uang ke dalam rekening tabungan syariah, maka uang tersebut akan dimasukkan ke sebuah kendaraan investasi. Kendaraan tabungan syariah menggambarkan konsep hubungan erat antara pasar  keuangan dengan aktivitas ekonomi riil. "Jika Anda menyimpan uang melalui produk sistem keuangan syariah, Anda tidak mengisolasi uang dari kegiatan ekonomi seperti yang dilakukan tabungan konvensional," ucapnya.

Pasar saham meningkatkan pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan mengurangi ketidakstabilan keuangan yang dihasilkan dari pinjaman berbasis bunga. Sektor tersebut dinilai menjadi cara terbaik untuk mempromosikan pembagian risiko.

Ekonomi Islam mengarah ke masyarakat yang adil secara ekonomi karena meninggikan kontrak sosial atas penciptaan kekayaan, menekankan pembagian risiko dan menolak perdagangan utang. Ekonomi Islam juga memastikan distribusi kekayaan adil. Ini menghilangkan praktik eksploitatif, memungkinkan penjualan barang Halal, melarang penjualan dan produksi haram seperti minuman beralkohol dan judi.

Ekonomi global terus berjuang di tengah salah satu krisis keuangan terburuk dalam sejarah. Panggilan alternatif kegiatan keuangan menjadi semakin lebih keras. Ekonomi Islam memiliki masa depan yang sangat cerah dan muncul di tata ekonomi global baru. Ekonomi Islam menonjol bukan karena asetnya yang bernilai 10 triliun dolar AS atau 14 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan basis konsumen 1,6 miliar umat Islam, tetapi karena janji pertumbuhan ekonomi global dan profitabilitas. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement