REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ian Pribadi (18 tahun) mengaku sebagai orang yang terlibat dalam pembunuhan Dicky Maulana di kolong jembatan Cipulir, Jakarta Selatan, pada 30 Juni 2013 lalu. Namun, hingga kini pihak kepolisian belum menetapkan Ian sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Sebab, empat dari enam terduga pelaku sudah mendapat vonis penjara 3-4 tahun dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Ian menjelaskan kepada Republika melalui telepon genggam yang dipinjamkan pengurus LBH Jakarta Nelson, bahwa ia terlibat dalam pembunuhan Dicky. "Saya dibisiki oleh Jubai (salah satu pelaku) untuk membunuh korban dan mengambil motornya," kata dia, Senin (21/10).
Menurut Ian, seperti ada konflik antara Jubai dan Dicky. Ian mengatakan, perilaku Dicky cenderung kurang diterima kelompok pengamen sebayanya. Dicky sering membuat kesal teman-teman seprofesinya setiap mereka mabuk. "Orangnya 'rusuh'," kata dia.
Bahkan menurut Ian, Dicky pernah mengajak teman-temannya untuk menjambret dan 'membegal' pengguna jalan untuk diambil telepon genggamnya.
Ian mengatakan, ia sebenarnya tidak memiliki niat untuk terlibat dalam pembunuhan ini. Sampai waktu sebelum pembunuhan tiba sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu (29/6).
Ian menyeritakan, ketika itu Ian bersama empat temannya sedang meminum Ciu dan Intisari sebanyak empat plastik di sekitar Jembatan Cipulir. Menjelang dinihari datanglah Jubai dan Brengos. Jubai membisikkan dia untuk ikut andil dalam pembunuhan Dicky.
Caranya ialah memancing Dicky untuk datang bahwa ada mangsa untuk dijambret. "Ya Dicky kan waktu itu mau jambret," katanya.
Tidak hanya itu, Jubai (masih DPO) juga ingin mengambil motor Dicky. Ian melanjutkan, Dicky datang dan tidak merasakan ada hal yang aneh. Akhirnya, Dicky diajak Jubai dan Brengos ke Kolong Jembatan Cipulir dengan alasan akan menyiasati bagaiaman cara menjambret pengguna jalan. Ian pun ikut di ajak Jubai.
Sekitar pukul 02.00 WIB, aksi tersebut dilakukan. Ian hanya menunggu di luar kolong Jembatan. "Saya hanya mendengar teriakan kesakitan," kata dia.
Menurut Ian, tidak berapa lama kemudian, Jubai dan Brengos keluar dan Ian menanyakan bagaimana kondisi Dicky. Ian mengatakan, dari pengakuan Jubai, Dicky sudah mati dan Ian disuruh tenang.
Ian mengatakan, mereka bertiga kembali ke kelompoknya dan melanjutkan pesta minuman keras tanpa memerhatikan kembali kondisi Dicky.
Namun, di tengah perjalanan menuju ke kelompoknya lagi, Brengos mengajaknya ke Rumah Sakit. "Saya lupa rumah sakitnya, yang jelas Brengos kena bacok goloknya sendiri," kata dia.
Ian menerangkan dari pengakuan Brengos, Dicky telah dibacok dengan sebilah golok di bagian kepala dan leher. Namun karena kondisi gelap dan Brengos sedang mabuk, tanpa sadar ibu jarinya terkena bacokan.
"Setelah dari rumah sakit kita minum lagi, dan menjelang subuh kita pulang," kata dia.