Oleh Fuji Pratiwi
REPUBLIKA.CO.ID, Warsini (41 tahun) sedang rehat dari berkeliling berjualan jamu. Warga Kampung Cimanglid RT 01/02, Desa Sirnagalih Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor ini tak tega meninggalkan bayi kecil itu sendirian.
Untuk sementara, ia istirahatkan gendongannya di dapur. Walau pemasukannya berkurang, Warsini tak ambil pusing. Dia masih punya suami yang berpenghasilan walau sebagai buruh serabutan.
''Nama bayinya Muhammad Rizki. Anak saya menambahkan menjadi Muhammad Rizki Saputra,'' kata Warsini sambil menimang bayi seberat 1,7 kilogram dan panjang 40 sentimeter itu.
Warsini telah dikaruniai empat anak. Putra pertamanya bahkan baru memiliki anak pertama. Anak ke dua dan ke tiganya kembar. Keduanya perempuan. Putra bungsu Warsini bahkan sudah berusia 18 tahun.
Rabu (23/10), tali pusar Rizki sudah lepas. Warsini sudah memasak bubur merah bubur putih untuk dibagikan ke tetangga guna memperkenalkan nama bayi yang telah empat hari dirawatnya. Rizki nampak tenang dalam balutan selimut. Sesekali ia membuka mata. Warsini merasa beruntung karena Rizki tidak rewel.
Warsini menceritakan, Sabtu (19/10) lalu, sekitar pukul 20.00 WIB, ia mendengar suara tangisan bayi di belakang rumahnya. Ia hanya sendiri di rumah. Ragu-ragu dan gemetar, ia menghampiri pintu belakang rumah. Ia sempat berteriak dua kali adakah orang di balik pintu.
''Tidak ada yang sahut, hanya ada suara bayi menangis,'' kata Warsini. Lalu ia membuka pintu dan mendapati seorang bayi tergeletak di dekat pintu. Ia sempat mengecek kiri kanan rumahnya, tak ada orang. Ia agak miris sebab bayi lelaki itu hanya dibungkus dua lembar selimut.
Padahal, tak lama sebelum kejadian hujan deras baru saja berhenti. Udara terasa dingin.
Tanah di halaman belakang rumah Warsini pun masih basah. Halaman belakang rumah Warsini merupakan kebun talas dan singkong. Cepat-cepat ia menggendong dan membawa bayi itu masuk rumah. Ia kemudian menghubungi adikknya untuk membawakan baju bayi.
Mencegah hal yang tidak diinginkan, kakak beradik itu lalu menghubungi ketua RT setempat. Malam itu juga, Warsini dan suaminya, Pupon (43 tahun) membawa bayi itu ke bidan.
''Bidannya bilang bayinya sehat dan normal, hanya berat badannya kurang. Bidan menduga bayi baru berumur tiga hari saat saya temukan sebab bekas tali pusarnya belum lepas,'' kata Warsini.
Kantok plastik hitam yang tergeletak di dekat bayi awalnya diduga Warsini berisi sampah. Setelah dilihat kembali tenyata didalamnya berisi popok, kain, bedak, dan minyak telon. Warsini dan Pupon berencana merawat dan mengadopsi bayi lelaki itu. Keempat anak mereka pun telah setuju.
Walau sudah beberapa orang yang meminta, ia tak berencana mengembalikan atau memberikan bayi itu kepada siapa pun.
Ketua RT 01/02 Kampung Cimanglid Desa Sirnagalih Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor, Wawan, mengatakan setelah ia mendapat laporan dari Warsini, ia melaporkan temuan itu ke pihak kepolisian. Polisi sudah datang dan berjanji akan mencari orangtua bayi itu.
Wawan mengatakan, orang tua bayi nampaknya tidak bermaksud membuang, tapi malu untuk bilang menitipkan. Sebab, bayi dibungkus rapi dengan dua selimut tebal. Perlengkapan bayi berupa baju, dua lusin kain, popok, bedan dan minyak telok ada di sana.
''Saya tidak keberatan bayi itu dirawat bu Warsini. Silakan. Saya yakin bu Warsini juga tidak tega membiarkan bayi itu,'' jelas Wawan.
Tidak ada reaksi berlebihan dari warga saat kabar bayi ditemukan di RT 01 menyebar. Hanya saja, ia tak habis pikir adanya kerengan berbeda tengang temuan bayi. ''Ada yang bilang bayi dalam kardus. Ada juga yang bilang dalam kantong plastik. Padahal bayi itu hanya tergeletak di balik pintu dalam bungkusan selimut,'' tegas Wawan.
Ia tidak mencurigai orangtua bayi adalah warga kampungnya. Sebab, dari 100 kepala keluarga di wilayahnya, wanita yang hamil jelas suami dan keluarganya. Meski sempat mengagetkannya, ia bersyukur bayi masih hidup. Ia berharap kejadian ini jadi yang pertama dan terakhir terjadi di wilayahnya.