REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemerintah Mesir memperpendek jam malam yang telah diterapkan selama dua pekan lalu setelah kerusuhan yang diikuti penggulingan presiden Muhammad Mursi.
Kabinet mengatakan, dalam sebuah pernyataan, jam malam diberlakukan selama empat jam dari 01.00-05.00, enam hari seminggu. Pada hari Jumat, kabinet mengatakan jam malam akan tetap diterapkan selama sepuluh jam mulai pukul 19.00.
Jumat merupakan awal dari akhir pekan di Mesir dan menjadi hari demonstrasi besar sejak pemberontakan 2011. Pendukung Presiden Muhammad Mursi sering turun ke jalan dalam demonstrasi pada Jumat dan berakhir dengan bentrokan dengan pasukan keamanan.
Jam malam diberlakukan di sejumlah kota termasuk ibukota, Kairo. Jam malam diumumkan setelah pembubaran massa pro-Mursi yang menewaskan ratusan orang dan melepaskan gelombang kekerasan yang menarget kantor pemerintah, aparat keamanan, dan gereja.
Serangan tersebut termasuk dilakukan kelompok bersenjata dan bertopeng di sebuah kereja Kristen Koptik Ahad lalu. Pernyataan Kementrian Dalam Negeri yang dikeluarkan pada Kamis (24/10) mengatakan lima korban, salah satunya warga Muslim, tewas karena luka penembakan.
Dalam laporan Al-Arabiya, serangan yang menewaskan dua bocah di gereja itu memancing kecurigaan dilakukan oleh pendukung Mursi. Ini karena banyak pendukung Mursi yang menuduh Kristen Koptik bekerjasama untuk menurunkan Mursi.