REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pihaknya dan pemerintah harus tetap waspada walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam beberapa hari terakhir. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan kondisi penguatan rupiah tersebut sifatnya sementara di mana dalam waktu mendatang masih ada kemungkinan Amerika Serikat mengurangi stimulus moneternya (tappering off).
"Jadi kita perlu terus mewaspadai, mengikuti dengan baik dan BI berkomitmen untuk akan selalu mengikuti dan siap untuk merespon kalau ada perkembangan," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (25/10).
Menurut Agus, nilai tukar rupiah saat ini masih dalam kisaran yang pihaknya perkirakan dan BI tetap berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Rupiah pada Jumat (25/10) pagi kembali berada dalam area positif atau bergerak menguat sebesar 25 poin ke posisi Rp 11.100 dibanding sebelumnya Rp 11.125 per dolar AS.
Melemahnya dolar AS terhadap mayoritas mata uang Asia masih akan membuat nilai tukar rupiah stabil walaupun tekanan permintaan impor menjelang akhir bulan biasanya membawa tendensi pelemahan jangka pendek. Sentimen dari eksternal juga masih negatif untuk dolar AS sehingga mayoritas mata uang dunia mengalami penguatan, termasuk rupiah.
Dolar AS diperkirakan juga masih akan mengalami pelemahan untuk jangka panjang dikarenakan kondisi ekonominya yang belum stabil paska berhentinya sebagian kegiatan pemerintahan disana.