REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih menginventarisir nama-nama yang akan diajukan menjadi bakal calon presiden partai tersebut di Pemilu Presiden 2014.
"Beberapa Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) mengusung JK (Jusuf Kalla). Posisi DPP masih menginventarisir nama-nama yang muncul," kata Wakil Sekretaris Jenderal PKB Abdul Malik Haramain kepada para jurnalis di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan komunikasi antara PKB dengan JK sudah lama terjalin namun semakin intensif dalam beberapa waktu ini. Malik menjelaskan selama ini JK mampu berkomunikasi baik dengan elite-elite Nahdatul Ulama (NU). Karena itu menurut dia, nama JK memang sudah akrab di kalangan nahdiyyin sejak lama. "Selain itu, JK juga dianggap kompeten dan berpengalaman dalam mengelola negara," ujarnya.
Malik menegaskan sampai saat ini DPP PKB masih terus membuka kemungkinan munculnya nama-nama bakal capres. PKB menurut dia sedang mengukur sejauhmana akseptabilitas para figur itu terutama di kalangan nahdliyyin.
"Saatnya nanti, setelah Pemilu 2014 kami akan bahas dan tentukan di forum resmi dan legitimate. Mahfud MD sudah diterima di sebagian besar kalangan nahdliyyin namun tetap nantinya kami bahas di forum resmi itu," katanya.
Terkait kemungkinan JK-Mahfud sebagasi bakal capres dan cawapres, Malik mengatakan keduanya memiliki akseptabilitas yang kuat di tingkatan akar rumput. Dia menjelaskan faktornya karena publik menganggap keduanya berpengalaman baik di legislatif maupun eksekutif.
"Bahkan Mahfud MD mampu menunjukkan reputasi baik ketika menjabat di MK," tegasnya.
Keduanya menurut dia juga dianggap bersih, setidaknya belum pernah terjerat masalah hukum yang serius.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Wilayah PKB se-Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat pada Senin (28/10) membuat pernyataan dukungan mengusulkan Jusuf Kalla sebagai bakal capres 2014-2019.
Pertimbangannya karena JK dianggap memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang teruji sebagai negarawan. JK juga dinilai mampu menangani konflik dan mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam dan pluralistik.