Ahad 10 Nov 2013 19:37 WIB

JK: Jadikan Masjid Solusi Persoalan Umat

Rep: edy setioko/ Red: Damanhuri Zuhri
Jusuf Kalla
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, PRAMBANAN -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), HM Jusuf Kalla, mengajak umat Islam untuk menjadikan masjid, tempat merujuk berbagai persoalan masyarakat.

Sehingga seluruh persoalan yang menyangkut hubungan antara umat dengan Allah dan hubungan sesama umat manusia bisa terpecahkan dari masjid.

''Fungsi masjid tak sekadar tempat ibadah salat (ubudiyah). Urusan muamalah, seperti, sosial, ekonomi, kesehatan, kemasyarakatan, pun bisa dipecahkan dari masjid,'' kata Jusuf Kalla ketika tampil sebagai pembicara Manajemen Masjid memperingati se-Abad masjid Attaawun, Prambanan, Kabupaten Klaten, Ahad (10/11).

Menurut Jusuf Kalla, manajemen masjid ke depan musti dimakmurkan dan kemakmuran umat. Sehingga kehadiran masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, memakmurkan kegiatan ubudiyah, menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jamaah, menjadikan masjid untuk merujuk persoalan umat, dan menjadikan masjid sebagai pesantren serta kampus masyarakat.

Mantan Wapres yang juga ketua PMI (Palang Merah Indonesia) ini, menekankan kembali fungsi masjid jangan hanya untuk ibadah, sebatas bicara urusan dosa-pahala, surga dan neraka saja.

Seyogianya, lebih dikembangkan untuk membangun peradaban manusia, membangun kegiatan sosial ekonomi umat, membangun lingkungan dan kesehatan, dan pendidikan masyarakat. Sehingga yang terjadi tidak lagi dakwah billisan (ceramah). Tapi, sudah mengarah dakwah bilhal (amal perbuatan).

Jadi, dakwah bilhal saat sekarang sangat dibutuhkan. Keberadaan masjid sebagai social enterprice. Bila perlu dari masjid diciptakan pasar dan merebut pasar.

""Ini namanya membangun ekonomi umat. Dari masjid pula dicipta hidup rukun, makmur, aman, tertib, bersih, sehat, harmonis, dan penuh toleran,'' ujarnya.

Sehingga cita-cita mewujudkan baldatun thoyyibatun warobbun ghofur (negeri gemah rimah dengan penuh ampunan) betul-betul tercipta.

Jusuf Kalla mengungkapkan, di Indonesia sekarang tercatat 250 ribu masjid, 550 ribu mushalla dan surau. Jumlah ini, kata dia, cukup fantastis di dunia.

Yang lebih membanggakan, jelas JK, hanya di Indonesia dan Pakistan, masjid dikelola oleh masyarakat. Di negeri Muslim lainnya, terutama di Jazirah Arab, masjid dikelola pemerintah.

Ia menyebutkan, letak lokasi masjid berada ditempat yang bagus dan strategis. Jaraknya-pun menyebar seluruh wilayah. Artinya, tidak mengelompok dekat antar masjid lain.

Lokasi masjid biasanya lebih bagus ketimbang tempat pendidikan. Oleh karena itu, kelak masjid seyogianya dibangun pos kesehatan, pusat pendidikan, baitul mal, dan lumbung pasar.

Sayangnya, sambung JK, dari jumlah masjid tersebut, sekitar 60-70 persen sound systemnya jelek.  Jeleknya akuistik mengganggu saat khatib menyampaikan khutbah, juga mengganggu komunikasi interaktif saat disampaikan pesan kutbah.

Melihat kondisi tersebut, DMI menyediakan 100 armada dilengkapi alat kebersihan dan peralatan teknis listrik dan sound system, untuk keliling daerah.

Setiap mobil lengkap dengan personil dan perlatan keliling membersihkan masjid, kamar mandi, dan WC. Juga memperbaiki pengeras suara yang selama ini suaranya jelek.

Muhammad Jazir ASP, takmir Masjid Jogokaryan, Yogyakarta mengatakan,  perlunya prinsip manajemen masjid. Yakni, melayani, memahamkan, mensosialisasikan dan mempertanggung-jawabkan.

Strategi pelayanan perlu diterapkan. Diantaranya, jeli membidik potensi dalam masyarakat, pandai melihat peluang yang ada, dan cermat melihat kebutuhan masyarakat.

Bentuk pelayanan cukup banyak. Seperti, kesehatan, pendidikan, kesenian, sosial, ibadah, olahraga. Lebih dari itu, tak kalah pentingnya pembinaan.

Tujuannya, memahamkan warga tentang sistem Islam, meningkatkan peran warga di masjid, mempererat ikatan yang sudah ada, dan terbentuknya masyarakat madani.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement