REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina EP mengungkapkan, pengaliran gas sumur Benggala, Sumut ke pembangkit PT PLN di Belawan, Medan masih menunggu perjanjian jual beli gas (PJBG).
Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya siap memasok gas ke pembangkit PLN.
"PJBG dengan PLN masih dalam proses finalisasi melibatkan semua instansi terkait," katanya.
Menurut dia, sejak akhir Oktober 2013, sumur Benggala 1 (BGL-01) sudah berproduksi sebesar 2,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang dialirkan ke PT PGN Tbk memakai PJBG yang ada.
Sementara, sisanya sebesar dua MMSCFD direncanakan masuk ke pembangkit PLN.
Sumur BGL-01 direncanakan berproduksi 4,5 MMSCFD.
Sementara, Kepala Divisi Gas dan BBM PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan, pihaknya belum menyepakati harga gas Benggala yang diajukan Pertamina EP sebesar 8,3 dolar AS per MMBTU.
"Saya minta ada analisa keekonomian lapangan termasuk 'cost recovery' (biaya operasi yang dikembalikan negara)," katanya.
Hal serupa, lanjutnya, telah dilakukan saat proses negosiasi harga dengan Medco Energy.
Ia juga mengatakan, gas sumur BGL-01 terindikasi masih mengandung air, sehingga berpotensi merusak pembangkit.
"Tapi, kami berharap gas Benggala segera masuk," ujarnya.
Gas Benggala sebesar dua MMSCFD akan masuk pembangkit bekas berkapasitas 2x4 MW yang disewa PLN dari Salamander Energy.
Pasokan gas Benggala sebesar 4,5 MMSCFD akan mengurangi defisit gas yang kini terjadi di Sumut, khususnya Medan.
Selain gas, sumur Benggala juga akan menghasilkan kondensat 250 barel per hari.