REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Eropa ditengarai tengah menghadapi peningkatan ancaman dari berbagai penyakit yang sulit disembuhkan oleh pengobatan medis. Hal tersebut terungkap menyusul temuan adanya bakteri-bakteri yang memiliki ketahanan terhadap Carbapenems, salah satu antibiotik terkuat yang ada saat ini.
Lembaga pemantau penyakit Uni Eropa ECDC menyebutkan, pengunaan Carbapenems secara berlebihan ternyata telah memicu peningkatan resistensi bakteri penyakit terhadap obat-obatan.
“Ini jelas mengkhawatirkan. Pengobatan medis di masa depan mungkin tak lagi mempan mengatasi infeksi sederhana sekalipun,” kata Direktur ECDC, Marc Sprenger, seperti dikutip dari World Bulletin, Sabtu (17/11).
Ia menuturkan, proporsi infeksi yang resisten terhadap Carbapenems telah meningkat tajam dalam empat tahun terakhir. Kasus ini terutama ditemukan pada pasien-pasien rumah sakit di bagian selatan Eropa seperti Yunani, Siprus, Italia, Rumania dan Slowakia.
Data yang dikumpulkan ECDC di lima negara itu menunjukkan, proporsi infeksi aliran darah yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap Carbapenems, berada di atas 5 persen pada 2012. Padahal, tiga tahun sebelumnya, fenomena semacam ini hanya ditemukan di Yunani dan Siprus.
Kasus paling parah yang pernah dijumpai berupa infeksi aliran darah. Namun, tidak jarang pula bakteri yang tak lagi sensitif terhadap obat-obatan juga menimbulkan masalah serius pada saluran pernapasan dan saluran kencing.