Ahad 17 Nov 2013 22:30 WIB

Banjir Bandang Vietnam Tewaskan 34 Orang

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Heri Ruslan
Badai Haiyan
Foto: euronews.com
Badai Haiyan

REPUBLIKA.CO.ID,  HANOI -- Setidaknya sudah 34 orang tewas setelah banjir bandang menghantam wilayah pesisir Vietnam. Curah hujan yang tinggi di sebagaian wilayah negara itu, memaksa lebih dari 80 ribu warga pesisir mengungsi, dan merendam sedikitnya 100 ribu rumah penduduk.

Badan Penanggulangan dan Pengendalian Bencana (NFSCA) di Ibu Kota Vietnam, Hanoi mengatakan, intensitas hujan paling tinggi terjadi di Provinsi Quang Ngai dan Provinsi Binh Dinh. Dua situs warisan budaya dunia di Kota Hoi An juga dikatakan terancam.

''Kami sudah mencatatkan belasan orang hilang,'' kata pejabat setempat, Nguyen Quang Trung, seperti dilansir BBC News, Ahad (17/11). Hujan dikatakan dia, tidak berhenti sejak topan Haiyan di Filipina menghantam sebagian wilayah Vietnam. Banjir kali ini adalah terparah sejak 1999 silam.

Meski pun pemerintah pusat belum memberikan sinyal bencana darurat. Namun di kawasan tengah negara itu, faslitas dan pelayanan umum lumpuh. Masih menurut BBC News layanan transportasi kereta api dan jalur darat lainnya ditutup.

Sementara banjir juga mempengaruhi panen kopi, dan merugikan 17 persen kebutuhan kopi global. Hingga Ahad (17/11), belum ada bantuan apa pun ke wilayah bencana. Termasuk dari pemerintah sendiri.

Padahal, estimasi kerugian akibat banjir bandang, selain mengambil nyawa manusia, namun juga mengakibatkan kerugian materil senilai 65 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, di Filipina, situasi pengendalian dampak bencana dan penyaluran bantuan korban topan Haiyan mulai terkendali. Dikatakan, masuknya relawan militer dari banyak negara, membuat evakuasi berlangsung cepat dan sistematis. Lebih dari empat negara besar mengirimkan bantuan militer dan dokter.

AS dengan bantuan utama berupa pesawat kargo militer, dan helikopter diandalkan untuk menembus titik-titik terparah korban selamat. Kota Tacloban di Provinsi Leyte dikatakan masih menjadi prioritas bantuan dan pencarian korban.

AS bahkan merapatkan Kapal Induk USS George Washington dalam misi kemanusian kali ini.Sementara Inggris juga merapatkan kapal perang HMS Illustrious, untuk mengangkut logistik senilai 32 juta dolar.

Pemerintahan London juga mengandalkan dokter spesialis dan ahli medis untuk membantu korban luka-luka akibat badai 300-an kilometer per jam itu. Sementara Cina, yang selama ini 'dingin' dengan Manila, mengirimkan bantuan yang juga tidak sedikit.

Namun, hampir sepekan pascabadai, simang siur tentang jumlah korban tewas menjadi perdebatan serius. Badan Pengungsian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan data korban tewas yang berbeda dengan pemerintah.

Selama ini, Presiden Benigno Aquino hanya percaya dengan estimasi sendiri tentang jumlah korban. Dikatakan dia, angka kematian akibat topan Haiyan tidak sampai diangka 2.500 orang. Namun angka punya PBB hingga Ahad (17/11), mencapai 4.460 korban.

Dalam laopran resmi Badan Penanggulangan Bencana Filipina (NDRSM) dikatakan, estimasi korban bencana seperti pada data awal. Dikatakan, topan Haiyan dimungkinkan membunuh sedikitnya 10 ribu korban jiwa.

Jumlah tersebut ditaksir hanya di Kota Tacloban. Saat ini NDRSM punya data 3.631 korban tewas.Selain merilis korban tewas, NDRSM juga mencatat lebih dari 12.487 orang terluka. Sementara 1.187 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Sementara sedikitnya 1,8 juta jiwa penduduk di Provinsi Leyte membutuhkan pengungsian yang layak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement