REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Pengamat hubungan internasional Universitas Diponegoro Semarang Tri Cahyo Utomo meyakini bahwa hubungan Indonesia dengan Australia segera membaik dalam beberapa bulan ke depan.
"Ketegangan hubungan kedua negara seperti ini sudah menjadi hal yang biasa, apalagi dalam hubungan negara bertetangga," kata Ketua Program Studi Hubungan Internasional Undip di Semarang, Kamis (21/11).
Dalam hubungan diplomatik antarnegara, kata dia, pasti akan mengalami fase naik-turun pada saatnya, dan sekarang ini hubungan Indonesia dengan Australia memang sedang berada di titik bawah.
Namun, Tri meyakini bahwa hubungan kedua negara akan segera membaik dan pulih kembali, setidaknya dalam enam bulan ke depan, apalagi pihak-pihak yang terlibat konflik secara langsung antarpemerintah.
Jika yang terlibat konflik hanya antarpemerintah biasanya tidak akan lama, kata dia, termasuk yang terjadi sekarang ini antara Indonesia dengan Australia berkaitan dengan adanya insiden penyadapan.
"Hal ini sama saat Amerika Serikat menuduh tentara Indonesia melakukan pembunuhan massal di Timor Timur dulu yang akibatnya pembatalan kerja sama militer antara Indonesia-Amerika, tetapi kemudian pulih kembali," ujarnya.
Apabila Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Australia, dampaknya akan sangat besar karena banyak perjanjian yang telah dilakukan dengan Australia, apalagi dalam bidang perdagangan.
Ia menjelaskan bahwa penyadapan terhadap negara lain merupakan bentuk pelanggaran terhadap privasi suatu negara sehingga tidak bisa dibenarkan, tetapi sebaiknya kedua pihak sekarang "cooling down".
"Apakah informasi yang disadap itu merupakan informasi yang penting atau tidak kita kan belum tahu. Karena sampai saat ini belum ada konfirmasi dari pihak intelejen kedua negara," tutupnya.
Meski hubungan Indonesia-Australia sekarang menegang, Tri melihat tidak akan sampai memutuskan hubungan diplomatik kedua negara meski ada beberapa penghentian atau pembatalan kerja sama di bidang tertentu.