REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Samuli Simojoki sudah tahu hasil akhirnya hanya formalitas. Namun ia ingin menegaskan sebagai seorang Finlandia, bukan sebagai pemegang saham.
Pengacara asal Helsinki ini adalah satu dari 3.200 orang yang hadir pada rapat umum pemegang saham luar biasa Nokia pada 19 November 2013. Ia memilih menentang satu-satunya pilihan, yaitu penjualan divisi ponsel Nokia kepada Microsoft Corp senilai 5,4 miliar dolar AS.
Padahal lebih dari 99 persen pemegang saham menyetujui penjualan tersebut. Sebelumnya, Nokia telah menciptakan dirinya sendiri. Nokia memulai usahanya dari perusahaan bubur kertas pada 1865. Kemudian perusahaan ini banting setir ke sektor energi dengan membangun pembangkit listrik, dan berkembang ke sektor karet dan kabel.
Pada 1980an, perusahaan ini masuk ke industri televisi dan menjadi best seller di seluruh Eropa. Namun divisi elektroniknya melempem dan membuat perusahaan merugi. Nokia akhirnya menjual divisi tersebut, disusul penjualan divisi karet dan kabel. Divisi ponsel muncul belakangan dan menjadi masa depan Nokia.
Tapi ini segera akan menjadi masa lalu. Sekitar 32 ribu pekerja Nokia, termasuk mantan Kepala Eksekutif Stephen Elop akan berganti bendera menjadi Microsoft. Meskipun, Nokia masih punya harapan. Perusahaan ini masih memiliki 56 ribu pegawai, lebih dari enam ribu di antaranya berada di Finlandia.
Nokia juga akan memiliki neraca keuangan yang lebih kuat dan dana tunai lebih banyak untuk memulai hari yang baru. Ini berkat penjualan divisi ponsel, ditambah 1,65 miliar euro dari kesepakatan 10 tahun lisensi paten dengan Microsoft dan pinjaman sebesar 1,5 miliar dolar dari perusahaan Amerika Serikat (AS). Sejak pengumuman penjualan tersebut, saham Nokia mengganda sampai enam euro per lembar.
Dilansir laman The Economist, Nokia yang baru akan terdiri dari tiga bagian. Sejauh ini, yang terbesar adalah Nokia Solutions and Networks (NSN). Yaitu divisi yang menjual peralatan, software dan layanan untuk operator telekomunikasi. NSN menyumbang 90 persen terhadap pendapatan Nokia.
Di bawah kepemimpinan Rajeev Suri, NSN memberi keuntungan setelah bergabung dengan perusahaan Jerman, Siemens. Padahal sebelumnya divisi ini terus merugi.
Suri mengatakan, jaringan adalah bisnis yang volatilitasnya lebih kecil bila dibandingkan handset. "Anda tidak hanya menjual kepada pembeli dan pergi begitu saja, tapi juga membangun hubungan yang kuat dengan operator telekomunikasi," kata dia, Senin (25/11).
Selain NSN, Nokia juga fokus pada pengembangan dua bisnis lainnya. Yang terbesar adalah divisi navigasi yang disebut HERE, yang saat ini banyak dipakai di kendaraan pribadi. Selain itu Nokia juga punya bisnis Advanced Technologies yang akan memberikan lisensi pada ribuan paten Nokia.
Chairman Advanced Technologies Risto Siilasmaa menganggap divisi ini sebagai mesin inovasi Nokia. Ketidakpastian masa depan Nokia sangat bergantung pada mesin inovasi ini. Kombinasi pendapatan ketiga divisi ini nilainya mencapai 500 juta euro per tahun.
Siilasmaa mengaku sangat tertarik dengan bisnis Nokia ke depan. Ia bahkan menilai Nokia bisa saja kembali memproduksi barang konsumen suatu hari nanti. "Memang ini akan sangat aneh untuk dikatakan sekarang. Namun bagi perusahaan yang berasal dari pabrik bubur kertas kemudian beralih ke energi, karet dan handset, apa pun bisa terjadi," kata dia.