REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Sekitar 100 perwakilan warga Desa Keningar dan Sumber, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng), di barat puncak Gunung Merapi, berinisiatif membantu aparat menegakkan aturan pengangkutan pasir dari gunung itu.
Penegakkan aturan itu agar kondisi jalan di kawasan setempat tidak cepat rusak, kata Ketua Badan Permusyawaratan Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Giyono, di sela kegiatan itu di Magelang, Rabu (27/11).
"Kami sudah memberitahu pihak berwenang untuk melaksanakan inisiatif warga, agar truk pasir yang muatannya melebihi ketentuan, sopirnya menurunkan muatannya yang berlebih itu. Kami ingin agar jalan tidak cepat rusak," katanya.
Masyarakat kawasan Gunung Merapi menyebut truk yang membawa pasir dengan melebih ketentuan itu, sebagai "kelebihan tonase".
Kegiatan penertiban tonase oleh mereka dipusatkan di dekat Balai Desa Keningar, sekitar enam kilometer dari barat puncak Gunung Merapi. Ratusan truk setiap hari (pukul 06.00-18.00 WIB) mengangkut pasir dari sejumlah lokasi di tempat yang lebih tinggi ketimbang desa itu, antara lain lokasi Sumup, Sungai Senowo, dan pekarangan warga.
Ia menyebut, hingga sekitar pukul 08.30 WIB, sekitar 25 truk yang melewati jalan itu, kedapatan warga memuat pasir melebihi ketentuan tonase sehingga sopirnya diminta menurunkannya di tempat itu. "Umumnya diturunkan hingga sesuai ketentuan, yang diturunkan dari bak truk dengan ketinggian tumpukan pasir antara 10-20 centimeter, di ukuran bak truk. Warga bertugas mengawasi," kata koordinator pengelolaan portal Keningar itu.
Dikatakannya, selama dua hari pertama, yakni Rabu dan Kamis (28/11), penertiban tonase itu dilakukan warga secara bersama-sama dan untuk selanjutnya pihaknya akan menyusun jadwal untuk kegiatan lanjutan.
Jalan desa itu, katanya, baru saja dibangun oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk jalur evakuasi warga apabila terjadi erupsi Merapi erupsi lagi.