REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai tekanan dan gejolak ekonomi yang dialami Indonesia dan global tak sepenuhnya sudah dipahami oleh masyarakat. Padahal, tekanan itu masih terjadi hingga saat ini.
Hal tersebut diperlihatkan dari pertumbuhan global yang melambat. "Banyak yang sudah memahami, tapi banyak pula yang kurang paham bahwa ekonomi kita sedang mengalami tekanan atau gejolak," katanya, Rabu (27/11).
Ia mengatakan, sejumlah negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS) sudah menunjukkan geliat ekonomi. Tetapi pertumbuhannya tetap di bawah empat persen. Negara lain pun tak jauh berbeda, bahkan harus berjuang lebih keras untuk mengatasi tekanan ekonomi.
Indonesia pun demikian. Hal itu bisa dilihat dari melemahnya rupiah, turunnya harga saham, tingginya defisit neraca berjalan dan perdagangan. Belum lagi adanya faktor eksternal yang ikut mempengaruhi ekonomi Indonesia seperti kebijakan dari eksternal terutama tapering off dari AS.
"Kesimpulannya, situasi ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan tidak mudah. Saya lebih baik bicara itu daripada memberikan angin surga," katanya.