REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Muslimah Australia kerap mengalami batasan dalam melakukan aktifitasnya. Adanya perbedaan budaya dan pandangan steoreotip mengenai muslim ditengarai menjadi penyebabnya.
Guna mengikis hambatan budaya tersebut, sebuah turnamen olahraga diselenggarakan. Seperti dilansir dari SBS, Rabu (27/11), turnamen ini khusus untuk wanita dan terdiri dari voli, basket dan futsal. Di dalam turnamen wanita muslim terlihat lebih bebas dan berbaur dengan wanita lainnya.
Salah seorang peserta turnamen, Ayse Akca menjelaskan alasannya mengikuti turnamen ini karena ingin menjadi lebih aktif . " Sekarang saya sudah selesai sekolah dan kini ingin merasakan dunia luar serta menjadi lebih aktif , " katanya kepada SBS .
Akca juga menjelaskan berkumpul tanpa ada batasan adalah sesuatu hal yang menarik. "Hanya menjadi dekat bersama-sama, bersenang-senang dengan gadis-gadis lain dan tidak harus khawatir tentang segala sesuatu adalah bagian dari daya tarik," jelas Akca.
Penyelenggara mengatakan ada alasan lain mengapa peserta mengikuti kegiatan ini seperti tidak harus khawatir tentang harapan masyarakat. Pria juga tidak diperbolehkan dan tidak ada batasan pengguanan kostum yang dalam artian wanita muslim boleh memakai pakaian yang sesuai dengan syariatnya.
"Beberapa wanita diperbolehkan mengambil bagian dalam ruang publik untuk memakai skins and short serta singlet dengan celana pendek di bawahnya, " kata Assmaah Helal, selaku penyelanggara sekalgus co - ordinator Go Active
"Ada wanita lain yang merasa lebih nyaman dengan mengenakan pakaian longgar," tambahnya.
Peserta lainnya dari turnamen ini, Shegofa Hassani juga menganggap kegiatan ini sangat baik karena bisa membuat pesertanya bisa saling mendukung.
"Saya mendorong batas-batas pada dasarnya," kata Shegofa Hassani.
"Aku tidak punya dukungan dari mereka tetapi selama lima tahun terakhir ini saya telah mendapatkan dukungan mereka , terutama [ dari ] kerabat, yang merupakan hal yang besar karena saya bisa bermain olahraga yang saya cintai," kata mantan pengungsi Afganisthan ini.
Meski begitu, acara ini juga mengalami banyak kendala dalam penyelanggaraanya. Penyelenggara mengatakan banyak peserta merasa sulit meyakinkan kerabat dan keluarga untuk mendukung gagasan itu.
"Olahraga dipandang sebagai zona yang lebih didominasi laki-laki sehingga banyak yang tidak ingin seorang perempuan dalam keluarga atau rumah tangga untuk mengambil bagian dalam hal itu, " kata Assmaah Helal .
Meski begitu Helal dan penyelanggara lainnya tak menyerah untuk tetap mengadakan kegiatan ini. Menurutnya olahraga bisa mengikis hambatan budaya yang selama ini terjadi.
Hal ini pun diamini Hassani. Ia meyakinkan bahwa olahraga bisa mencairkan hubungan seseorang. "Bermain olahraga bukan hanya tentang bagian fisik ," kata Hassani .
"Anda juga mendapatkan keterampilan lain seperti komunikasi dan kepemimpinan dan keyakinan bahwa akan tinggal bersama Anda sepanjang hidup Anda ." tambahnya.
Pelatih dan mentor berencana lebih banyak acara seperti itu. Mereka mengatakan tujuan mereka adalah untuk menumbuhkan kecintaan olahraga pada wanita Muslim sehingga dapat berkembang dari tingkat rekreasi ke tingkat elite.