REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Gerilyawan Taliban, yang memerangi pemerintah Afghanistan dukungan AS, Senin (2/12) waktu setempat menyatakan mendukung penolakan Presiden Hamid Karzai untuk menandatangani sebuah perjanjian keamanan dengan Washington.
Karzai terlibat dalam perselisihan dengan AS menyangkut perjanjian keamanan yang akan mengizinkan sejumlah pasukan Amerika tetap berada di Afghanistan setelah misi tempur NATO berakhir tahun depan.
"Tampaknya ia telah merasakan kebenaran dan kami berharap penentangan ini datang dari kebanggaan Afghanistan dan demi mengakhiri masalah negara," kata Taliban dalam sebuah pernyataan.
"Jelas bagi semua bahwa rakyat Afghanistan tidak pernah ingin penyerbu asing berada di tanah mereka,'' katanya. ''Ia harus, tanpa ragu-ragu, menjauhkan diri dari rasa malu bersejarah ini.''
Perjanjian Keamanan Bilateral (BSA) mengizinkan ribuan prajurit AS tetap berada di Afghanistan untuk melatih pasukan keamanan setempat dan melakukan operasi kontra-teror.
AS berusaha menyelesaikan perjanjian itu sebelum akhir tahun ini. Namun, Karzai mengisyaratkan bahwa negaranya hanya akan menandatangani kesepakatan setelah pemilihan presiden pada April tahun depan.
Karzai pekan lalu menolak menandatangani perjanjian itu, meski pertemuan dewan sesepuh suku loya jirga yang diadakannya setuju agar ia menandatanganinya.