Rabu 04 Dec 2013 09:54 WIB

Pendidikan Seks Dinilai Efektif Daripada Kampanye Kondom

Seorang aktivis berunjuk rasa menolak sosialisasi kondom di Mandala, Makassar, Sulsel, Senin (25/6). Mereka mengecam kebijakan pemerintah yang menggelar kampanye kondom bagi remaja karena dianggap melegalkan perzinaan.
Foto: Antara
Seorang aktivis berunjuk rasa menolak sosialisasi kondom di Mandala, Makassar, Sulsel, Senin (25/6). Mereka mengecam kebijakan pemerintah yang menggelar kampanye kondom bagi remaja karena dianggap melegalkan perzinaan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Komisi E DPRD Jawa Barat menilai kegiatan Pekan Kondom Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 1-7 Desember 2013 kurang bermanfaat atau efektif dalam mencegah penyakit menular seksual seperti HIV AIDS.

"Tapi kalau menurut saya, kegiatan Pekan Kondom Nasional dengan kampanye kondom atau membagikan kondom itu kurang bermanfaat," kata Didin Supriadin, di Bandung, Rabu (4/12). Dia menuturkan, cara efektif untuk mencegah penularan penyakit HIV AIDS ialah bagaimana upaya pemerintah hingga pihak terkait melakukan pendekatan kepada generasi muda untuk memberikan pendidikan seks.

"Karena kampanye ini hanya simbol. Tapi inti persoalannya bukan itu, namun bagiamana pemerintah atau kita semua bisa memberikan pendidikan yang baik tentang pendidikan seks kepada remaja agar generasi penerus terhindar dari HIV AIDS," kata Didin.

Menurutnya, sebenarnya jika tujuannya baik dan jelas maka Pekan Kondom Nasional itu bukanlah hal yang salah. "Makanya ini, maksud dari kampanye kondom itu apa. Kalau tujuan baik saya kira tidak masalah, tapi kalau tujuannya disalah gunakan tujuannya maka jadi salah," ujarnya.

Sementara itu, terkait munculnya sejumlah tokoh agama termasuk Menteri Agama yang menolak Pekan Kampanye Nasional, Didin menilai wajar hal tersebut. "Artinya, kalau sudah ada protes ulama harus menjadi perhatian. Artinya memang, saya yakin Menag atau tokoh agama punya pertimbangan sendiri mengapa harus demikian (menolak)," katanya.

Pekan Kondom Nasional digagas oleh Kementerian Kesehatan dan dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan kegiatan tersebut bukanlah hal yang terlarang. "Lebih bahaya bagi-bagi rokok daripada kondom," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement