REPUBLIKA.CO.ID, JATINEGARA -- Bantuan pemerintah tak kunjung datang hingga banjir surut di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Padahal masyarakat mengharapkan bantuan logistik berupa sembilan bahan pokok (sembako), juga obat-obatan dari pemerintah.
Harry (37 tahun), salah seorang tokoh masyarakat setempat, tinggal di lokasi tanah paling rendah di Kampung Pulo. Dia adalah warga RT 004/RW 03, Kampung Pulo. Lokasi tempat tinggal dia, merupakan wilayah terendah dengan tingkat permukaan banjir yang paling tinggi.
Harry mengatakan, jika banjir datang, diperkirakan ketinggiaan banjir hingga tiga meter dari permukaan tanah, di titik terendah Kampung Pulo. Namun secara umum ketinggian banjir di kawasan ini adalah dua hingga tiga meter.
Harry menuturkan, air kini memang sudah mulai surut. Sayangnya, bantuan kepada warga tak kunjung datang. Menurutnya, di wilayanya air paling duluan masuk, dan juga paling lama surut. ‘’Nah soal sembako, justu di sini paling lama,’’ ujar Harry saat ditemui di Kampung Pulo, Ahad (8/12).
Dia mengatakan, jika ada bantuan, umumnya yang diurus daerah yang tinggi saja. ‘’Pemerintah tahunya, banjir di sana, nggak tahu kalau di sini paling rendah, ‘’ ujar pria ini seraya mengisap rokok dalam-dalam.
Daerah ini sudah menjadi langganan banjir tahunan sejak puluhan tahun yang lalu. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pun berencana membangun kampung deret susun di daerah Kampung Pulo ini.
Namun menanggapi rencana itu, Hari justru menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta segera saja mengeruk Kali Ciliwung di Kampung Pulo, dengan program normalisasi sungai. Tapi dia berharap tidak terjadi penggusuran
Harry mengatakan, jika pemerintah bersikukuh menggusur warga, mau tidak mau mereka harus pindah dari tanah Kampung pulo milik pemerintah. Namun hal itu akan dilakukan jika terpaksa, dan uang ganti ruginya pun sesuai.
Pernyataan senada terkait bantuan logistik pemerintahan yang tak kunjung datang juga dituturkan oleh Ahmad Zainuddin, tokoh pemuda setempat. Ahmad mengatakan, peristiwa banjir terjadi sejak Jumat (6/12) dan air naik sekitar pukul 01.00 WIB. Puncak ketinggian air pada pukul 12.00 WIB. Setelah itu mulai turun sedikit-sedikit hingga akhirnya surut Sabtu (6/12) pukul 19.00 WIB.
Sementara itu, Nurdin warga Kampung Pulo lainnya mengatakan, penyebab banjir yang sudah puluhan tahun berulang-ulang terjadi di kawasan ini karena sawah-sawah di daerah penyangga Jakarta sudah habis. Menurutnya, daerah-daerah seperti di Depok, Citayam, dan Bogor sawahnya sudah hilang akibat banyaknya pendatang. Hal ini bepengaruh pada resapan air yang mengakibatkan Kali Ciliwung kebanjiran, termasuk daerah Kampung Pulo.
Dia pun berharap, untuk mengatasi banjir, Pemprov DKI Jakarta segera mempercepat realisasi pembangunan Kampung Deret di wilayah ini.