REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi Ellen Tangkudung meminta Dinas Perhubungan DKI Jakarta memprioritaskan penambahan bus pada trayek angkutan umum yang kurang armada. Hal itu dianggap lebih penting daripada mengisi trayek angkutan umum yang sudah mati.
"Prioritaskan yang sudah ada saja. Supaya masyarakat yang menggunakan angkutan lebih nyaman karena tidak terlalu lama menunggu bus," ujar pengamat dari Universitas Indonesia tersebut, Sabtu (14/12).
Menurut Ellen, jika Dinas Perhubungan ingin menghidupkan kembali trayek yang sudah mati, maka harus terlebih dahulu melakukan kajian dan simulasi. Sebab, trayek yang sudah mati biasanya karena sepi penumpang. Hal itu terjadi karena banyak masyarakat yang sudah beralih menggunakan kendaraan bermotor.
Jika kajian tidak dilakukan, ia khawatir keberadaan bus di trayek mati akan kurang optimal. Karena penumpangnya pun sudah tidak ada. "Kalau ada trayek yang mati, orang kan tetap cari cara lain untuk melakukan perjalanan," katanya.
Dia menilai, Dinas Perhubungan harus mengkaji ulang seluruh rute angkutan umum di Jakarta. Sebab, banyak tempat strategis yang justru kekurangan angkutan umum, seperti Stasiun Gondangdia dan Stasiun Palmerah.
"Kalau keluar dari stasiun, kita langsung disambut dengan ojek. Angkutan umumnya kurang. Itu yang harus dipikirkan," ucap Ellen.
Ke depan, katanya, Dinas Perhubungan wajib menyesuaikan trayek angkutan umum dengan rencana detail tata ruang kota.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah membeli 364 unit bus sedang yang akan dioperasikan pada Januari 2014. Bus berbahan bakar gas tersebut akan digunakan untuk menghidupkan kembali trayek angkutan umum yang sudah mati dan yang kekurangan armada.