REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menegaskan bahwa suara warga Nahdlatul Ulama (NU) dalam pemilihan umum tidak mudah dibeli.
"Teori ataupun pernyataan bahwa warga NU mudah dibeli itu salah," katanya usai acara 'Safari Nusantara' di Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (25/12).
Ia menyampaikan hal tersebut menanggapi pernyataan pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi, bahwa warga NU merupakan pemilih yang mudah dibeli.
Menurut dia, pernyataan tersebut sebagai ungkapan yang tendensius dan tidak perlu dipercayai. "Saya tidak percaya pada apa yang disampaikan oleh Burhannudin Muhtadi bahwa warga NU mudah dipolitik uang. Pernyataan Burhanudin Muhtadi itu tendensius, karena pemilih PKB itu loyal, bahkan sangat mengakar," ujar pria yang akrab dipanggil Cak Imin itu.
Ia mencontohkan saat Pemilu tahun 2009. Waktu itu posisi PKB dalam keadaan sulit. Namun, hasil pemilu membuktikan bahwa pemilih PKB solid. Atas dasar itu, dia berkeyakinan apa yang diucapkan Burhannudin itu salah.
Dalam orasi politiknya, dia mengatakan akan berusaha membentengi kadernya agar tidak mudah tergiur politik uang. Menurut dia, tantangan ke depan PKB adalah merebut kembali suara NU hingga 40 persen.
"Jadi tantangan NU ada dua, pertama umat yang sangat besar itu bergerak hanya di wilayah agama. Warga NU yang terkelola secara organisatoris hanya 40 jutaan. Dikerucutkan lagi secara politik ada 10 jutaan. PKB harus merebut kembali suara NU paling tidak sampai 40 persen," katanya.